19/04/12

Haji, Puncak Training Membangun Ketangguhan Pribadi Islami

Ibadah Haji dimulai dengan niat, sambil menanggalkan pakaian biasa dan menggunakan pakaian ihram. Niat mempunyai arti yang sangat luas dan dalam. Niat bukan hanya di lihat dari sisi ritualnya saja. Niat adalah visi dan motivasi sebagai dorongan awal untuk melangkah melaksanakan ibadah haji. Niat utama ibadah haji adalah karena Allah semata, bukan karena pamer, megah-megahan atau karena ingin dipanggil pak haji atau ibu haji, tetapi benar-benar karena Allah dalam rangka melaksanakan salah satu dari Rukun Islam.

Sedangkan niat pendukungnya adalah untuk membangun kejernihan hati menjadi fitrah, meningkatkan keimanan dan memperkuat ibadah yang pada akhirnya akan menciptakan ketangguhan pribadi yang Islami.

Pakaian ihram adalah simbul dari fitrah, yang melambangkan kemerdekaan dan pembebasan dari belengu-belengu (hal yang menghambat). Apabila seseorang telah mengenakan pakaian ihram, artinya ia telah merdeka, sehingga telah memiliki kembali fitrahnya. Ia mampu mendengar kembali suara-suara hatinya dengan jernih dan jelas, karena telah terbebas dari belengu-belengu yang menutup telinganya, yaitu pengaruh-pengaruh yang menghambat kearah yang benar.
Orang-orang yang telah kembali fitrah adalah orang-orang yang mempunyai suara hati (kalbu) yang cendrung bersikaf adil, bijaksana, pengasih, jujur, bisa dipercaya, memiliki kometmen, memiliki integritas, mau belajar, mau mendengar, ingin maju, kreatif, ingin menolong dan ingin memelihara.

Ini artinya, mereka telah terbebas dari bungkusan pakaian manusia yang sering merupakan simbul-simbul palsu yang penuh dengan kebohongan. Inilah makna mengenakan pakaian ihram yang sebenarnya, yaitu pembebasan dari berbagai paradigma yang membelengu, sehingga munculah pribadi yang fitrah dan memiliki spiritual yang sangat tinggi. Dan setelah itu mereka memulai dengan langkah nyata menghapuskan segala dosa,dan memenuhi keinginannya melalui thawaf, sa’i, wukuf, dan melontar jumrah.

“Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran  yang ada pada badan mereka dan hendaklah  mereka menyempurnakan nazar-nazarnya  dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah)” QS Al Hajj ayat 29

Thawaf merupakan suatu langkah fisik untuk mengelilingi Ka’bah. Ka’bah (Baitullah) adalah suatu visualisasi prinsip yang hanya berpegang kepada Allah Yang Esa. Ka’bah adalah sebuah alat bantu untuk mentranformasikan prinsip yang abstrak kepada sesuatu yang nyata. Sehingga prinsip yang kasat mata ini bisa lebih divisualisasikan. Dan itulah perwujudan kasih sayang Allah untuk membantu manusia membangun paradigma yang hanya menyembah kepada Allah Yang Esa, dimana Ka’bah hanya sebagai lambang pusat orbit semata.

Mengelilingi Ka’bah melambangkan kegiatan manusia yang tiada henti. Berpusat pada Ka’bah melambangkan bahwa segala kegiatan hanya berprinsip kepada Allah semata, tiada yang lain. Inilah pusat prinsip, Lailaha ilallah.

Berputar kekiri, mengartikan suatu gerakan elektron yang mengarah kepada inti atom, pusat gaya tarik magnit, dimana elektron-elektron mengitari inti atom. Atau gerakan-geakan planet (merkurius, vinus, bumi dan yang lain) mengelilingi matahari. Begitu pula susunan partikel dan molekul. Semua unsur dari benda, dari yang kecil hingga yang besar, dari atom hingga galaksi, semua sujud dan meyembah Allah Swt.

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” QS Al Fatihah ayat 2

Kehendak spiritual itu tidak hanya pada alam semesta, namun berlaku juga pada manusia. Hal ini ditunjukan secara universal, seumpama antara gerakan evolusi bintang-bintang dengan pola gerakan thawaf manusia pada Ka’bah di Mekah.

Ini pelajaran spiritual yang sangat penting untuk dipahami sebagai petunjuk bagi manusia penghuni bumi yang kecil ini, akan eksistensi sebuah ketetapan hukum dan prinsip yang harus diikuti dan tidak bisa dilanggar. Apabila kita langgar, maka ini sama saja dengan melanggar garis orbit planet, garis orbit elektron atau garis orbit manusia yang sedang berthawaf mengelilingi Ka’bah, kita akan terdorong, tertabrak dan terlempar dengan kuatnya. (Bagi yang telah berhaji pengalaman ini sudah dirasakan). Dan dapat dicontohkan pula, apabila bumi bergeser sekian milimeter saja dari garis orbit, maka niscaya bumi ini akan hancur dan hangus terbakar dan mungkin juga keseimbangan tata surya hingga tatanan galaksi akan luluh lantak berkeping-keping. Begitu juga manusia, apabila keluar dari garis orbit (tidak sesuai dengan Rukun Islam), maka yang terjadi adalah kehancuran sosial dimana-mana.

Berputar-putar 7 kali mengelilingi Ka’bah, melambangkan jumlah hari dalam satu minggu, atau suatu upaya yang tidak kenal henti untuk berjuang. Namun, perjuangan itu harus tetap berputar pada prinsip, apapun yang terjadi, Allah-lah pusat kekuatan prinsip kita.Hal ini tidak hanya diwujudkan dalam perkataan atau disimpan dalam hati saja, tetapi harus diaplikasikan secara total.
Sa’i, yang dicontohkan oeh Siti Hajar dari Shafa ke Marwah, sebuah contoh konsistensi dan prestasi dalam rangka dalam menjalankan missi Tuhan sebagai rahmatan lil alamiin. Siti Hajar adalah istri Nabi Ibrahim as. Saat itu ia berjalan bolak-balik, berkali-kali di tengah gurun yang tandus mencari air bagi anaknya Ismail. Ia ketika itu berlari-lari bolak balik dari Shafa ke Marwah mencari air. Ia tidak hanya berlari satu kali, lalu berhenti ketika ia tidak menemukan air yang diperlukannya. Ia kembali lagi, dan berupaya lagi. Ketika gagal ia berusaha lagi untuk mencari air yang sangat dibutuhkan itu,terus berusaha sambil belari-lari. Dalam hatinya yang teguh, ia hanya ingin menyelamatkan anaknya, karena Allah Swt. Setelah sekian kali berusaha, barulah ia menemukan mata air yang sangat dibutuhkannya itu atas pertolongan Allah Yang Maha Pemberi

Ini melambangkan suatu pristiwa (ketetapan hati), atau upaya tidak kenal lelah dan tidak kenal henti. Teladan dari sikap Siti Hajar, kemudian diabadikan oleh Allah untuk mengajarkan manusia tentang pentingnya suatu sikap istiqamah. Dorongan suara hati dari Al Muhaimin (Maha Merawat) telah mendorong Siti Hajar untuk berupaya memelihara dan melindungi anaknya, serta dorongan suara hatinya AL Matin (Yang menggenggam Kekuatan) telah meneguhkan hatinya untuk kuat menghadapi berbagai rintangan. Inilah teladan yang harus diambil dari orang-orang yang melakukan sa’i (berlari-lari keci) dari Shafa ke Marwah ketika naik haji. Nilai ridha Allah dalam kegiatan sa’i, justru ketika sedang berjalan dan berlari, atau ketika berusaha. Semua upaya dicatat oleh Allah Swt sebagai ibadah kepada-Nya. Kewajiban manusia adalah berusaha tanpa henti, tanpa kenal putus asa. Allah akan memberikan rezeki dan keselamatan yang disimbulkan berupa air zam-zam . Air zam-zam yang tak pernah kering itu, dilambangkan sebagai wujud kekuatan dan kekuasaan Allah.

Wukuf, di Padang Arafah pada tanggal 9 Zulhizah, seluruh jemaah haji berkumpul disana untuk melakukan wukuf. Wukuf artinya berhenti. Berhenti disini artinya, berhenti secara fisik, namun bergerak secara fikiran. Bergerak fikiran, maksudnya adalah fikiran bergerak ke arah netral atau ke arah fitrah. Fitrah maksudnya, merasakan dan mendengarkan seluruh suara hati yang berjumlah 99 itu (Asmaul Husna). Wukuf memberikan kesempatan kepada jemaah untuk mengevaluasi diri masing-masing, serta melihat dan merenung ke belakang tentang apa yang telah dikerjakan atau amal-amal pada masa lalu, dimana pada saat wukuf ,kita akan mengetahui kesenjangan-kesenjangan yang telah terjadi. Saat itu hati nurani kita akan memberi sinyal apabila memang kesenjangan telah terjadi, yaitu berupa merasa bersalah, malu, keraguan atau penyesalan. Penyesalan itu berarti tanda kembali kepada Allah Yang Maha Mengetahui. Apabila anda merasakan kesenjangan jauh dari fitrah, maka mohon maaflah kepada Allah Yang Maha Pengampun. Berjanjilah kepada-Nya untuk mmperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah anda perbuat, dan teruslah berdzikir, beristigfar mengakui kesalahan itu.

“Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Al Baqarah ayat 199)
   
Melontar Jumrah di Mina, adalah simbul dari prlawanan aktif terhadap musuh-musuh manusia, yaitu musuh berupa nafsu lahiriah yang bersifat mempertahankan hidup yang lebih mengarah kepada insting hewani. Apabila manusia telah dikuasai oleh nafsu ini, maka ia akan terbelengu oleh nafsu yang rendah. Musuh ini harus diwaspadai, jangan dibiarkan, lawanlah dengan mengoptimalkan ibadah sebanyak-banyaknya. Itulah musuh manusia yang pertama. Musuh yang kedua adalah musuh berupa dorongan suara hati yang tidak Ilahiayah, sehingga dalam pencapaian sesuatu kemuliaan dilakukannya dengan berbagai cara, tidak mengindahkan sifat rahman dan rahim, mengabaikan sifat menolong dan mengabaikan untuk bersifat adil. Musuh yang kedua ini lebih berat dan lebih sulit terditeksi. Musuh yang ketiga, adalah musuh berupa dorongan secara tidak sadar menyembah Tuhan yang lain, selain Allah, seperti menyembah berhala atau menduakan Tuhan. Berhala disini bisa diartikan berupa harta, jabatan, konsumerisme, ilmu, frofesi, uang, mobil dan bahkan cinta. Musuh yang ketiga ini adalah musuh yang paling berat dan paling sulit diberantas.

Musuh-musuh itu bergerak dan menyerang dengan sangat dahsyat. Karena ia (syaitan) tahu persis dimana letak kelemahan dan kekuatan diri manusia.

“Syaitan berkata, saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bagian yang sudah ditentukan untuk saya, yaitu untuk mencelakakan manusia dan benar-benar akan menyesatkan mereka” QS An Nisa ayat 118,119

Serangan yang paling berbahaya, ia hanya mendorong satu suara hati (nafsu), tetapi membiarkan suara hati yang lain tidak berkerja. Hal ini sering menipu, karena kita merasa bahwa tindakan kita sudah benar. Disinilah paling banyak korban manusia berjatuhan oleh godaan syaitan itu. Musuh-musuh penggoda itu harus dilawan secara visualisasi yang dilambangkan dengan melontar jumrah di Mina.

Pada ibadah ini, anda memiliki kesempatan untuk mengalahkan musuh anda itu, yaitu musuh yang selalu melawan keimanan yang telah kita miliki.

Dari pemaparan yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa, IBADAH HAJI adalah ibadah fisik, dimana seluruh ibadah dilakukan melalui gerakan yang kongkrit dan jelas. Seluruh prinsip dalam Rukun Iman dan langkah dalam Rukun Islam dilakukan secara total dan menyeluruh disana. Disinilah terletak transformasi puncak dari keyakinan dan prinsip yang abstrak ke aplikasi gerak yang kongkrit. Seluruh prinsip bisa terlihat secara kasat mata disini, seluruh langkah mengarah kepada prinsip yang tunggal yaitu kometmen hanya kepada Allah Yang Mah Esa.

Jadi, prosesi “haji” itu melambangkan sebuah makna kehidupan, dari awal hingga akhir kehidupan, tidak hanya tentang hari kemudian saja yang dilambangkan dengan “wukuf”,tapi juga tentang proses kehidupan itu sendiri yang dilambangkan dengan “sa’i”, beserta tantangan yang disimbulkan dengan “lontar Jumrah”, untuk terus berpegang hanya kepada Allah Yang Esa yang dilambangkan dengan “thawaF”.[DP : 2]

Wallahu a’lam.

Mengapa Ada Orang Kaya Dan Orang Miskin?


Ada orang dikaruniai Allah segala sesuatu, seperti mobil, rumah, harta, kedudukan,teman, dan populeritas, sementara Dia memberi oang lain kemiskinan, kesulitan, musibah, penderitaan dan kesedihan. Apakah orang kedua adalah orang jahat, dan orang pertama, adalah orang yang dicintai Allah?

Pertanyaan ini dijelaskan oleh Muhammad Fethullah Gulen, lahir pada tahun 1938 di sebuah desa kecil di Turki sebagaimana diuraikan berikut ini

Allah Swt memberikan harta, kedudukan, kenderaan dan rumah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia juga memberikan kemiskinan dan kesempitan kepada siapa yang Dia kehendaki. Hanya saja, tidak dimungkiri adanya beberapa sebab. Misalnya kondisi keluarga, kemampuan seseorang, kecerdasan dan kecakapannya dalam mendapatkan dan mengembangkan harta, serta pengetahuan tentang cara mengambil keuntungan dalam setiap kondisi dan  situasi. Kendati demikian, bisa saja Allah tidak memberikan harta kepada mereka yang sebenarnya memiliki potensi dan kemampuan.

Ada sebuah hadis daif yang bermakna, “Allah memberikan harta kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan ilmu kepada siapa yang mencarinya”. Pengertian hadis ini terkait dengan pertanyaan yang sedang kita bahas.

Selanjutnya, adalah salah apabila kita menganggap harta dan kedudukan sebagai sebuah kebaikan melulu. Benar. Allah kadang memberikan harta, kedudukan, dan kebahagiaan duniawi kepada orang yang mencarinya dan kadang pula Dia tidak memberikannya. Sama saja apakah Allah memberi atau tidak. Kedua kondisi tersebut sama-sama merupakan kebaikan. Pasalnya, jika anda orang baik dan menggunakan harta yang diberikan kepadamu dalam kebaikan, harta itu pun dinilai sebagai kebaikan. Namun, jika engkau bukan orang baik dan menyimpang dari jalan yang lurus, sama saja Allah memberimu harta atau tidak tetap buruk bagimu.

Ya,  Jika engkau orang yang tidak lurus, kemiskinan yang menderamu ,menjadi jalan menuju kekufuran. Pasalnya, ia akan mendorongmu untuk membangkang kepada Tuhan. Sama halnya jika engkau tidak beristikhamah, engkau tidak akan memiliki kehidupan kalbu (suara hati) dan spiritual yang sehat, sehingga kekayaan pun akan menjadi musibah dan bencana bagimu.

“Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian adalah ujian” QS Al Tahgaabun ayat 15

Banyak orang yang gagal menghadapi ujian tersebut hingga saat ini. Betapa banyak orang kaya yang meskipun memiliki banyak harta, hati mereka tidak memancarkan cahaya sedikitpun akibat pembangkangannya.Karena itu, ketika Allah Swt memberikan harta dan kedudukan kepada mereka, pemberian itu dinilai sebagai istidraj (kemurkaan) atau sarana penyimpangan mereka. Mereka layak mendapatkan itu karena telah mematikan kehidupan rohani dan spiritual mereka serta melenyapkan potensi fitrah yang Allah berikan. Sangat tepat kalau disini kita menyitir hadis yang diriwayatkan HR Bukhari dan Muslim,

“Diantara hamba Allah ada orang-orang yang seandainya ia bersumpah kepada Allah, pasti dibenarkan-Nya. Diantara mereka adalah al-Barra’ ibn Malik”

Meskipun al-Barra’ ibn Malik,saudara kandung Anas yang tidak memiliki sandang, pangan, dan papan, al-Barra’ merasa cukup. Betapa banyak orang miskin seperti al-Barra’ yang hidup mulia dan terhormat sesuai dengan kelapangan, kedalaman, dan keagungan hati mereka serta cahaya yang menerangi jiwa mereka. Karena itulah Nabi Saw bersabda bahwa seandainya mereka bersumpah kepada Allah, niscaya Dia membenarkan mereka.

Jadi, sekedar miskin dan kaya tidak bisa dilihat sebagai musibah atau anugrah. Bisa jadi kemiskinan sesuai tempatnya termasuk nikmat terbesar dari Allah Swt. Rasul Saw dengan kehendaknya sendiri memilih kemiskinan. Beliau berkata kepada Umar ibn al-Khattab r.a yang merasa sedih dengan kemiskinan Rasul, ”Tidakkah engkau ridha jika mereka memiliki dunia sedangkan kita memiiki akhirat?”Ketika kekayaannya diserahkan ke baitulmal, Khalifah Umar ibn al-Khattab r.a hidup dalam kondisi miskin. Ia hanya mrngambil sekedar untuk menyambung hidup, tidak lebih.

Akan tetapi, ada pula bentuk kemiskinan (semoga Allah menjauhkan kita darinya), yang dinilai sebagai kekufuran dan kesesatan, yaitu. Misalnya andaikan pertanyaan” topik” ini diajukan bukan untuk mengerti, tetapi sebagai ungkapan kemarahan dari mulut orang yang ingkar, maka itu dianggap sebagai pengingkaran terhadap nikmat-nikmat Allah Swt, sekaligus terhadap-Nya. Dan itu dianggap sebagai kekufuran.

Jadi, kemiskinan ada kalanya dinilai sebagai karunia dan ada kalanya dinilai sebagai petaka. Artinya, prinsip utama dalam hal ini adalah suara hati saat menerimanya. Atau, sebagaimana gubah seorang penyair:

“Wahai Tuhan, setiap yang datang dari-Mu diterima. Entah itu berupa pakaian atau kain kafan. Entah berupa bunga mawar atau duri. Nikmat-Mu dan ujian-Mu, semua baik”.

Di Timur Anatoli, ada sebuah pepatah,”Segala yang berasal dari-Mu adalah indah, apa pun itu”.

Apabila manusia bersama Allah, kekayaan dan pakaian terbagus sekalipun tidak  akan berbahaya baginya. Namun, apabila manusia tidak memiliki hubungan apapun dengan Allah, kemiskinannya akan menjadi kerugian baginya baik di dunia maupun di akhirat. Demikian pula jika si kaya lalai kepada Allah, kerugian besar menantinya di akhirat meskipun ia tampak bahagia di dunia.[DP : 6]

Wallahu a’lam.

Kepemimpinan Nabi Muhammad Menakjubkan

Nabi Muhammad lahir pada tahun 570 M, di kota Mekah, suatu tempat yang pada waktu itu merupakan daerah yang paling terkebelakang di dunia. Jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Dan tatkala wafat pada tahun 632 M, dia sudah memastikan dirinya selaku penguasa efektif seantero jazirah Arab bagian Selatan.

Muhammad-lah orang pertama dalam sejarah, yang berkat dorongan kuat keimanannya kepada Tuhan, memimpin pasukan Arab yang kecil sehingga sanggup melakukan serentetan penaklukan yang mencengangkan dalam sejarah manusia. Di sebelah Timur laut Arab berdiri kekaisaran Persia Baru Sassanids yang luas. Di Barat Laut arab berdiri Byzantine atau kekaisaran Romawi Timur, dengan Konstantinopel sebagai pusatnya.

Ditilik dari sudut jumlah dan ukuran, jelas Arab (muslim) tidak bakal mampu menghadapinya. Namun di medan pertempuran, pasukan Arab(muslim) yang membara semangatnya dengan sapuan kilat dapat menaklukan Mesopotamia, Syria dan Palestina. Pada tahun 642 M, Mesir direbut dari genggaman kekaisaran Byzantina,dan sementara itu bala tentara Persia dihajar dalam pertempuran yang amat menentukan di Qadisyia pada tahun 637 M dan di Nehavend pada tahun 642 M ( M.H Haekal, ahli sejarah).

Dibawah pimpinan sahabat nabi dan penggantinya, Abu Bakar dan Umar Ibnu Khattab, pada tahun 711 M, pasukan Arab (muslim) telah mnyapu habis AFRIKA Utara hingga ke tepi samudera Atlantik. Dari situ mereka membelok ke Utara dan menyeberangi selat Gibraltar dan melabrak kerajaan Visigotic di Spanyol. Hanya dalam secuil abad, pertempuran orang-orang muslim yang dikomandoi oleh Nabi Muhammad, telah mendirikan sebuah impirium membentang dari perbatasan India hingga Pasir Putih di tepi pantai samudera Atlantik. Sebuah impirium terbesar yang pernah dikenal sejarah manusia. Dan dimana pun penaklukan dilakukan oleh muslimin, selalu disusul dengan berbondong-bondongnya pemeluk masuk agama Islam.

Keberhasilan Nabi Muhammad memimpin perperangan hingga memenangkanya, adalah karena beliau selalu bersandar pada wahyu Tuhan. Pemimpin-pemimpin besar yang diturunkan oleh Tuhan, seperti , Nabi Daud a.s, Musa a.s, Ibrahim a.s, Isa a.s dan Nabi Muhammad Saw, pengaruhnya terasa begitu kuat, hingga sampai detik ini, tidak lekang ditelan jaman. Bahkan semakin menguat pengaruhnya, meskipun mereka sudah tidak ada lagi di muka bumi ini. Itulah yang disebut pemimpin abadi. Umumnya cara kepemimpinan mereka sangat sesuai dengan hati nurani, dan bisa diterima akal sehat atau logika .

Semangat juang Muhammad begitu kuat yang telah diberikan oleh Tuhan, begitu tinggi melampaui segala kekuatan yang telah tertanam kedalam jiwanya dan para pengikutnya. Jiwa mereka sudah penuh terisi oleh semangat dari Tuhan, sehingga kekuatan mereka itu sudah melampai semangat mereka sendiri. Dia  memiliki suatu pengaruh besar yang sangat kuat dalam memimpin. Nabi Muhammad sendiri pernah memimpin dalam perang Badar, ketika berhadapan muka dengan kaum musyrik suku Quraish, pada Jum’at pagi 17 Ramadhan tahun kedua Hijriyah, dia yang mengatur barisan. Dia tidak gentar, meskipun dilihatnya pasukan Quraish begitu besar jumlahnya, sedang anak buahnya sedikit sekali, tetapi jiwanya begitu kuat, sehingga dalam perang itu kemenangan dipihak kaum muslim. Orang Quraish kabur, kaum muslimin terus mengejar mereka. Inilah perang Badar, yang kemudian memberikan tempat dan contoh kepada umat Islam.

Contoh kepemimpinan Rasulullah sebagai seorang pemimpin yang telah membuktikan diri bahwa kata-katanya sungguh-sungguh sesuai dengan pelaksanaannya di lapangan. Dia tidak hanya sebagai pemimpin yang dicintai, dipercaya, dan pembimbing ,tapi juga seorang pemimpin yang sangat berani.

Berbeda dengan type pemimpin yang tidak mengandalkan hati nurani, pengaruhnya hanya beberapa waktu saja. Kemudian pengaruhnya hilang ditelan jaman. Sebut saja seperti, Winston Chuchill, Leonid Breznev, Jenderal Mc Arthur, Ronal Reagen, Kaisar Hirihito, Yosef Broz Tito atau Che Guevara. Semua hanya tinggal kenangan saja, pengaruhnya boleh dikatakan hampir hilang, atau bisa dikatakan hanya sedikit yang tersisa.

Menurut Michael Hart, sang penulis buku, “Seratus tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah Dunia”, mengatakan,bahwa Muhammad bukan  semata pemimpin agama, tetapi juga pemimpin duniawi. Fakta menunjukan bahwa beliaulah pendorong terhadap gerakan  penaklukan yang dilakukan bangsa Arab (muslim), sehingga dapat memenangkan pertempuran-pertempuran yang telah menyapu Afrika Utara hingga ke tepi samudera Atlantik.Pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu. Michael Hart menilai, adanya kombinasi yang tak terbandingkan antara segi agama dan segi duniawi yang melekat pada pengaruh diri Nabi Muhammad ,sehingga Michael Hart secara pribadi mengatakan, bahwa Muhammad adalah manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia.

“Dan masing-masing orang beroleh derajat, sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tiada lalai akan apa yang mereka lakukan" QS Al An’aam ayat 132

Apabila semakin anda pelajari dan dalami kepribadian, ajaran, dan nasehat Nabi Muhammad ,
maka terasa semua begitu alami dan menjunjung tinggi harkat manusia. Dan niscaya anda akan merasakan kebenarannya. Namun tentu saja hal ini hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang telah berpikiran dan berhati jernih. Anda akan membenarkannya melalui suara hati yang terdalam. Inilah tingkat kepemimpinan yang tertinggi, yaitu pemimpin yang abadi cara befikir dan pengaruhnya akan terus berjalan sampai akhir jaman.

Inilah dasar yang telah diletakan oleh Nabi Muhammad Saw dalam membangun peradapan baru itu, yang sesuai dengan fitrah manusia. Dengan jelas tersimpul dalam cerita diambil dari Ali bin Abi Thalib r.a, ketika bertanya kepada Rasulullah dan dijawab:

Ma’rifat adalah modalku,akal pikiran adalah sumber agamaku, rindu kenderaanku, berzikir kepada Allah kawan dekatku, keteguhan perbendaharaanku, duka adalah kawanku, ilmu adalah senjataku, ketabahan adalah pakaianku, kerelaan sasaranku, faqir adalah kebanggaanku, menahan diri adalah pekerjaanku, keyakinan adalah makananku, kejujuran perantaraku, berjihad perangaiku, dan shalat hiburanku.

Pelajari kata-kata di atas satu persatu, maka akan anda temukan kunci dari semua landasan tentang kepemimpinan Rasulullah, sehingga ia berhasil mencapai puncak tangga tertinggi kepemimpinannya. Dia berhasil memimpin dunia dengan suara hatinya, dan diikuti pula oleh suara hati pengikutnya. Dia bukan hanya seorang pemimpin manusia, namun ia adalah pemimpin segenap hati manusia. Ia adalah pemimpin abadi yang menakjubkan.[ DP : 2]

Wallahu a’lam.

Keteladanan Malaikat Suatu Integritas Dan Loyalitas

Malaikat adalah makhluk Mulia, mereka sangat dipercaya oleh Tuhan untuk menjalankan segala perintah-Nya. Semua pekerjaan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Seberat apapun pekerjaan yang diberikan kepada mereka, akan dilaksanakan dengan sepenuh hati. Prinsipnya tunggal, yaitu hanya berpegang kpada Allah Swt.

“ ... Maha Suci Ia, Tidak ! (Mereka) hanyalah hamba-hamba yang dimuliakan ” QS Al Anbiyaa ayat 26

Malaikat memiliki kesetiaan yang tiada tara dan bekerja tanpa kenal lelah. Tidak memiliki kepentingan lain, selain menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh Allah Swt hingga tuntas, dengan hasil yang memuaskan dan mereka sangat berdisiplin dalam melaksanakan tugas. Semua sistem yang di bawah tanggung jawabnya berjalan dengan sangat sempurna, tanpa cacat sedikitpun. Inilah contoh integritas (sikap suara hati yang bersih,jujur, dipercaya) yang sesungghnya, suatu integritas total yang telah menghasilkan suatu kepercayaan yang maha tinggi. Kepercayaan yang langsung diberikan oleh Tuhan, dan ia (malaikat) secara sungguh-sungguh mampu menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya, sehingga menjadi suatu kepercayaan yang abadi. Keteladanan yang bisa diambil dari sifat-sifat malaikat secara umum adalah, kepercyaan yang dimilikinya, loyalitas dan integritasnya yang sangat mengagumkan.

“(Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongn kepada Tuhan-Mu, lalu Ia mengabulkan permohonanmu, (sambil berfirman), akan kutolong kamu dengan seribu malaikat beriring-iringan”.(QS Al Anfaal ayat 9)
                           
Berikut ini diberikan sebuah contoh tentang kepercayaan dan integritas di sebuah negara maju, Amerika Serikat. Sebuah lembaga bernama Ethnic Officers Associaton memprakarsai sebuah survei terhadap 1300 pekerja disemua jenjang perusahaan-perusahaan Amerika, dan yang mereka temukan ternyata sangat mengejutkan. Sekitar separuhnya mengaku terlibat dalam praktek-praktek bisnis yang tidak etis dan tidak jujur (New York Bantam Books,1999). Mulai dari hal-hal yang kecil seperti mencuri kertas dan pinsil, berbohong kepada atasan sampai pembajakan hak cipta. 

Contoh di atas kiranya dapat melukiskan bahwa masih banyak orang-orang yang melakukan kejahatan-kejahatan kecil apabila memiliki kesempatan dan tidak terlihat oleh orang lain. Mereka umumnya menganggap bahwa hal itu tidak akan diketahui oleh atasan mereka, dan menganggap pelanggaran-pelanggaran etika ini adalah suatu hal yang biasa. Padahal ini menyangkut sesuatu yang serius, yaitu integritas dan kepercayaan. Hal ini terjadi karena pengaruh dari prinsip yang dianut masing-masing orang. Prinsip mereka adalah bekerja untuk mencari uang dan dinilai oleh atasan. Hasilnya adalah orang-orang yang memiiki karakter yang tidak dapat dipercaya

Contoh lain, Jenderal Charles de Gaulle adalah contoh tokoh kontroversial yang berhasil mengubah paradigma meliter Prancis dan institusi yang semula terlibat kegiatan politik, menjadi alat negara yang modern dan profesional. Sejak masih berpangkat letnan kolonel, putra kedua dari keluarga berada dan terhormat ini, telah menimbulkan keresahan dijajaran meliter Perancis karena tulisan-tulisannya tentang hubungan sipil dan meliter (La Discorde Chez I’ennemi), teori kepemimpinan (Le fil de I’epee), dan masa depan meliter (La France et Son Armee), bertolak belakang dengan doktrin yang sedang berlangsung saat itu. Pembangkangannya terhadap meliter mencapai puncaknya ketika ia berpangkat Brigadir Jenderal , yaitu ia menolak kebijakan Jenderal Besar Philippe Petain sebagai panglima angkatan bersenjata Perancis dalam perang dunia pertama, menyerah kepada Jerman. De Gaulle tidak setuju atas kebijakan Jenderal Petain itu, ia malah memilih lari ke Inggris membentuk pemerintahan pengasingan, sehingga pengadilan meliter Perancis menghukum dia dengn hukuman mati, pemecatan dari meliter dalam sebuah sidang absentia pada tahun 1940 (Opini, Tempo 6 Agustus 2000).

 Kisah de Gaulle ini sebuah contoh tentang loyalitas dan integritas yang dimilikinya. Akhirnya, sejarah mencatat Jenderal de Gaulle dinyatakan sebagai pahlawan, karena ia berhasil mengusir penjajah Jerman dari negerinya. Bahkan ia pernah terpilih menjadi presiden Perancis tiga periode  (1958-1968), dan membawa Perancis menjadi negara yang memerdekakan dua belas negara jajahannya. Loyalitas adalah kesetiaan pada prinsip yang dianut. Integritas adalah bersikap jujur, konsisten, komitmen, berani, dan dapat dipercaya. Intgritas muncul dari kesadaran diri terdalam, yang bersumber dari suara hati. Integritas tidak menipu dan tidak berbohong. Integritas berpegang kepada sebuah prinsip, yang bersahabat dengan suara hati, suara Tuhan. Dan integritas hanya mengharapkan sebuah catatan kecil dari seorang malikat yang berada pada bahu kanannya
.
“ Setiap kata yang Ia ucapkan, tentulah disampingnya ada penjaga yang siap (mencatat). Ketika kedua (malaikat) pencatat membuat catatan, satu duduk di kanan, satu di kiri " QS Qaaf ayat 17-18

Memperoleh kepercayaan adalah suatu dorongan dan keinginan setiap orang. Tetapi memperoleh kepercayaan tanpa dilandasi oleh nilai-nilai kebenaran, akan mengakibatkan pula sebuah kegagalan. Ia mungkin berhasil memperoleh kepercayaan dari orang lain dengan cara-cara yang tidak baik, seperti menjilat atasan, menyogok atau menyuap, atau bahkan berpura-pura loyal. Ia memperoleh kepercayaan dari atasan tetapi dibenci oleh bawahan. Ia ingin memperoleh kepercayaan mungkin karena suatu keinginan yang “tersembunyi” (vested interest). Ini nafsu yang harus dikendalikan. Nafsu untuk memperoleh sebuah kepercayaan semu dengan menghalalkan berbagai cara. Banyak, dan bahkan seringkali orang yang berpura-pura loyal, berpura-pura jujur, dan berpura-pura memiliki integritas, berpura-pura memberi, berpura-pura menolong, berpura-pura memiliki kometmen, agar ia memperoleh sebuah kepercayan. Tetapi kepercayaan yang diperoleh dengan cara pura-pura tersebut sering kali tidak bertahan lama, dan acap kali orang lain pun akan memberikan pula sebuah” kepercayaan pura-pura” kepadanya.

Oleh karena itu, kunci yang paling utama adalah ketulusan kepada Allah, bukan kepada manusia. Perolehlah kepercayaan dari Allah, maka nafsu ingin memperoleh kepercayaan palsu itu akan sirna. Ia beribadah hanya kepada Allah, dan sebagai balasannya, ia akan memperoleh kepercayaan yang tulus dari orang lain secara lebih hebat. 

“Ia-lah yang memuji-muji kamu, demikian pula malaikat-malaikat-Nya (mendoakan kamu), supaya Ia dapat mengeluarkan kamu dari gelap kepada yang terang. Ia Maha Penyayang terhadap orang yang beriman”. QS Al Ahzab ayat 43

Wallahu a’lam.[DP: 2]

Untuk Apa Berpuasa?

PUASA adalah kebutuhan umat manusia. Sejak dulu, puasa telah menjadi kelaziman umat beragama dengan cara dan waktu yang berbeda-beda. Sitti Maryam, ibu nabi Isa, melakukan puasa bicara selama tiga hari sehingga komunikasinya dengan bahasa isyarat (ramza). Nabi Nuh as, seorang rasul pertama, melakukan puasa setahun penuh. Nabi Daud as melakukan puasa setengah tahun, denga cara berpuasa sehari dan membatalkan sehari.

Nabi Ibrahim as berpuasa tiga hari setiap bulan, yaitu tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulannya. Nah ,Nabi Muhammad  Saw diperintah oleh Allah Swt untuk menjalankan ibadah puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan.

Ada beberapa motif orang melakukan puasa sesuai dengan tujuannya. Ada orang yang berpuasa untuk kesaktian melalui puasa patigeni, yaitu puasa sehari semalam (24 jam) yang dimulai pukul 00,00 dan berbuka pukul 00,00 selama beberapa hari yang ditentukan. Ada pula orang berpuasa untuk meraih tujuan tertentu,yang niatnya duniawi. Seperti puasa mutih dengan cara berpuasa hanya makan sahur nasi putih dan berbuka nasi putih saja karena bertujuan untuk meraih kesaktian ilmu.

Juga berpuasa dari makanan yang mengandung lemak karena tujuannya untuk mengurangi obesitas (kegemukan). Semua puasa yang dibentuk duniawi ini tidak dapat meningkatkan ketaqwaan. Bahkan sangat mungkin malah terjerumus kepada kesesatan dan kesyirikan. Islam mengajarkan puasa sebagaimana diperintahkan Allah Swt dalam QS Albaqarah ayat 183 adalah untuk meraih ketaqwaan.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.

Saat berpuasa, seseorang melatih dirinya untuk tabah dan taat. Puasa adalah balai untuk menempa seseorang menjadi sehat secara jasmani, rohani dan sosial. Kesehatan fisik orang yang berpuasa dapat diraih karena pada saat berpuasa dapat menurunkan kadar gula darah, kolestrol dan mengendalikan tekanan darah. 

Itulah sebabnya, puasa sangat dianjurkan bagi mereka yang menderita penyakit diabetes, kegemukan, dan tekanan darah tinggi.Puasa dapat menjaga perut dari makanan yang menjadi penyebab utama bermacam penyakit, terutamanya kegemukan.

Puasa satu-satunya cara yang dapat memelihara anggota badan dari semua penyakit yang diakibatkan unsur-unsur racun di dalam makanan. Penelitian medis terhadap orang yang berpuasa di bulan Ramadhan pernah dilakukan Muazzam dan Khaleque serta dilaporkan dalam majalah Journal of Tropical Medcine pada tahun 1959, juga oleh Chassain dan Hubert, yang dilaporkan dalam Journal of Physiology pada tahun 1968, mereka menemukan tidak ada perubahan kadar unsur kimia dalam darah orang berpuasa selama bulan Ramadhan. 

Kadar gula darah memang menurun lebih rendah dari biasanya pada saat-saat menjelang magrib, tetapi tidak sampai membahayakan kesehatan. Kadar asam lambung akan meningkat pada saat menjelang magrib di hari-hari pertama puasa, tetapi selanjutnya akan kembali menjadi normal.

Kesehatan rohani dapat diraih karena orang yang berpuasa merasa tenang dan senang serta dilarang marah. Orang berpuasa merasa tenang karena ada kepasrahan dalam dirinya, dan merasa senang pada saat berbuka dan meresapnya keimanan. Rasulullah bersabda,”Kalau seseorang mencaci maki atau mengajak berkelahi, maka hendaknya dikatakan kepadanya,sungguh aku sedang berpuasa”.

Ilmu kedokteran telah membuktikan, mereka yang sedang marah, baik terpendam maupun dinyatakan, akan meningkat kadar hormon  katekholamin dalam darahnya. Hormon katekholamin akan memacu denyut jantung, menegangkan otot-otot, dan menaikan tekanan darah. Semua itu jika dibiarkan berlangsung lama, akan membahayakan kesehatan dan mempercepat proses penuaan.

Puasa sebenarnya mengandung pesan agar orang-orang menghindari peri laku yang tidak sehat, termasuk perilaku yang didorong emosi. Hanya dengan demikian puasa akan memberikan manfaat besar terhadap kesehatan jasmani dan rohani yang dapat membantu memperpanjang harapan hidup. Ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad Saw, “Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat”.Kesehatan sosial dapat diraih oleh orang berpuasa karena pada saat merasa lapar dan haus dapat mendorong mengingat dan merasakan betapa beratnya penderitaan orang yang berkekurangan.

Kesehatan secara sosial diimplimentasikan dengan kepedulian. Kepedulian disimbulkan dengan rasa solidaritas. Karenanya, orang yang sudah melaksanakan kewajiban puasa Ramadhan diwajibkan mengeluarkan harta zakat fitrah agar pada hari kemenangan semuanya merasa senang dan tidak ada yang menderita kelaparan.

Seberapa besar pahala puasa, kita serahkan pada Allah. Yang paling pokok kita mlaksanakan dengan sebaik-baiknya. Namun dalam puasa juga terdapat ,selain dimensi-dimensi kesehatan dan sosial seperi dijelaskan di atas, ada lagi dimensi sosial budaya,seperti acara buka bersama sebagai ajang silaturahmi. Semua perintah ibadah, selalu mengandung pesan bersifat metafisik yang nalar sulit menjawabnya kalau saja diperdebatkan. Misalnya saja, mengapa batal wudhu gara-gara buang angin lalu dibasuh mukanya? Tetapi jika menyangkut aspek pembelajaran yang bersifat psikologis-sosial, ilmu pengetahuan bisa turut menjelaskannya. Bukankah agama menuntut pemeluknya untuk menggunakan nalar dalam memahami dan melaksanakannya?

Perintah puasa mengajak kita untuk menjaga lisan dan tindakan agar tidak melukai pihak lain. Efek dari perintah ini adalah menciptakan hubunan sosial yang santun dan saling menghargai sehingga hubungan sosial menjadi sehat dan harmonis.

Seperti kita saksikan bersama, begitu masuk bulan Ramadhan masyarakat kita berubah menjadi lebih religius dan santun. Orang yang sedang menjalankan puasa akan berusaha semaksimal mungkin menjaga puasanya agar sempurna dengan menghindarkan omongan dan perbuatn tercela.

Emosi yang biasanya meluap ketika sedang berpuasa menjadi terkontrol. Orang lebih memilih diam, membaca kitab suci atau menghadiri ceramah keagamaan dari pada nongkrong di kafe atau ngerumpi .Mereka merasa rugi kalau puasanya hanya sebatas menahan lapar dan haus. 

Dalam bulan puasa, juga terkandung perintah shalat tarawih yang dilakukan malam hari secara berjamaah. Secara fisik, mental, dan sosial shalat tarawih juga dapat meningkatkan kelenturan tubuh, relaksasi, dan memelihara silaturahim dengan tetangga sehingga tercipta hubungan sosial yang baik mengingat shalat tarawih umumnya dilakukan secara berjamaah di masjid.

 Namun, rahasia puasa dan tarawih dari sisi spiritual kita serahkan saja sepenuhnya kepada Allah. Manusia tidak memiliki wewenang dan kemampuan untuk mengukur skala ketulusan, keikhlasan, dan ketaqwaan seseorang. Tak ada yang tahu kualitas dan kedalaman puasa seseorang kecuali Allah. Apakah kita sungguh-sungguh melaksanakan puasa ataukah tidak, orang yang bersangkutan akan lebih tahu dan merasakannya mengingat aktivitas ibadah itu sesungguhnya sangat bersifat pribadi.

Meski bersifat pribadi, dari semua ibadah dalam Islam dituntut agar membuahkan kebaikan sosial. Dengan menghayati dan menjalani ibadah puasa, seseorang mestinya senantiasa menyebarkan vibrasi kebaikan,kejujuran,kedamaian, dan kenyamanan kepada siapa saja yang berada di sekitanya. 

Jadi, sungguh ironis kalau sebuah bangsa yang rajin berpuasa, tapi juga senang melakukan korupsi dan bertengkar. Memang, kita tidak bisa menarik garis lurus dan mengharapkan puasa untuk memberantas korupsi, karena ibadah puasa lebih bersifat individual dan komunal, sementara korupsi berada pada ranah birokrasi dan pelanggaran hak-hak publik. Jadi, ibadah puasa hanya bisa memberikan pesan dan kekuatan moral, tapi lembaga eksekusinya adalah instrumen negara. Tanpa penegakan hukum dan keadilan secara konsisten dan tegas, perilaku keagamaan seseorang tidak efektif untuk memberantas korupsi.[DP : 13].

Wallahu a’lam.

Investasi Zakat Dalam Hubungan Sosial

Zakat adalah suatu metode pembelajaran agar seseorang memiliki kesadaran bahwa dirinya adalah salah satu bagian dari lingkungan sosial yang memiliki tugas untuk menjalankan missi-Nya sebagai rahmatan lil alamiin . Disamping tujuannya, sebagai sebuah tanggung jawab sosial ,zakat mengajarkan manusia untuk selalu melakukan sesuatu kolaborasi dengan lingkungan, sehingga tugas sebagai khalifah bisa berjalan lebih efektif dan lebih efesien

Lingkungan sosial adalah sebuah sumber daya yang penting untuk mendukung sebuah keberhasilan. Didalam hubungan sosial, begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh orang lain di sekitar kita, dimana kita bisa melakukan berbagai hal untuk mengisi kekosongan mereka melalui prinsip zakat atau prinsip memberi. Prinsip zakat itu bukan hanya sebatas memberi sebesar dua setengah persen dari penghasilan bersih yang kita miliki,tetapi prinsip zakat atau prinsip memberi dalam arti yang sangat luas, seperti memberi perhatian atau penghargaan kepada orang, memahami perasaan orang lain, menepati janji yang sudah anda berikan, bersikap toleran, mau mendengar orang lain, bersikap empati, menunjukan integritas, menunjukan sifat rahman dan rahim kepada orang lain, atau suka menolong orang.Semua harus dipahami  dalam arti yang sangat luas berdasarkan prinsip “Bissmillah”. Karena, zakat sebenarnya, adalah suatu kehendak dasar dari hati nurani manusia sesuai dengan suara hati, yang telah ditiupkan oleh Tuhan, yang berarti manusia pun memiliki rekaman sifat-sifat Tuhan, yang salah satunya adalah dorongan atau motivasi untuk bersikap rahman dan rahim atau pengasih dan penyayang.

Zakat pada prinsipnya adalah memelihara lingkungan sosial dengan prinsip memberi, sehingga tercipta suatu sinergi, yaitu kerja sama antara seseorang atau kelompok orang, dengan orang lain, atau dengan kelompok lainnya dengan menghargai berbagai perbedaan yang ada.Keinginan berkelompok atau bersinergi sebenarnya adalah merupakan suatu dorongan suara hati nurani manusia yang juga merupakan suatu kebutuhan.

Hal di atas, akan menciptakan suatu hubungan dimana investasi kepercayaan akan tercipta dari kedua belah fihak. Zakat akan mencairkan sekali gus menghapus berbagai prasangka negatif ang terjadi akibat perbedaan sudut pandang atau persepsi dari kedua belah pihak, dan berubah menjadi suatu hubungan yang saling percaya dan membentuk investasi kometmen dua arah secara mendalam. Disini akan terbangun dan tercipta suatu landasan koperatif yang sangat positip, dan terfokus kepada suatu sinergi. Melalui prinsip zakat, selain menghilangkan energi negatip, maka zakat akan membangun suatu investasi kridibilitas yang dibutuhkan sebagai sebuah batu loncatan untuk melakukan langkah aliansi (persekutuan) dengan orang lain.

Menolong, atau membantu orang lain merupakan suatu investasi jangka panjang dalam rangka menanamkan benih kepercayaan yang sangat dibutuhkan didalam suatu aliansi. Karena, tidak ada suatu sinergi tanpa kepercayaan, dan tidak ada kepercayaan tanpa sikap memberi. Zakat adalah suatu prinsip yang memastikan akan pentingnya sikap “memberi ”ini.

“Katakanlah, Sungguh, Tuhan-Ku melapangkan rezeki bagi siapa yang Ia berkenan dari hamba-hamba-Nya, dan menyempitkannya. Dan tiada sesuatupun yang kamu nafkahkan yang tiada diganti-Nya. Ia-lah yang sebaik-baik Pemberi Rezeki”.  QS As Saba’ ayat 39

Prinsip zakat akan menghasilkan rasa percaya yang akan menciptakan investasi keterbukaan dari kedua belah pihak. Zakat akan menghasilkan sikap kompromi, sehingga masing-masing pihak akan mampu merasakan apa yang diinginkan dari pihak lainnya (empati), sehingga terjadi suatu penyelarasan keinginan yang menghasilkan sebuah pengertian dan kesepakatan baru. Keterbukaan ini akan terjadi, apabila salah satu pihak mau memulai untuk bersikap memberi kepada pihak lainnya, sehingga tercipta suatu keterbukaan. Tanpa ada yang mau memulai untuk memberi, maka keterbukaan tidak akan penah terlaksana. 

Prinsip zakat adalah langkah pembuka untuk “memulai” dengan sikap memberi secara kongkrit. Apabila sikap diatas telah menjadi suatu kebiasaan, maka niscaya ia akan mampu menciptakan suatu sinergi yang sangat “luas” dengan lingkungan sekitarnya. Karena ia telah melakukan suatu investasi keercayaan yang diperoeh melalui prinsip zakat. Ia telah menunjukan integritas pribadi kepada orang lain.Hasilnya, ia akan mampu bekerja lebih produktif, karena selain didukung oleh lingkungannya didalam berusaha, ia akan menjadi lebih mudah untuk melakukan suatu sinergi dengan pihak lain, khususnya dengan pihak yang pernah “diberi”, diberi dalam arti yang luas sekali.

Oleh karena itu, prinsip zakat ini adalah prinsip yang sangat penting sebelum melakukan suatu langkah sinergi dan aliansi ,dimana anda telah memiliki investasi kepercayaan yng tinggi, yang akan menghasilkn suatu kredibiitas, keterbukan dan kompromi, efektifitas, dan kometmen.

Selama ini, begitu banyak orang yang terlalu mengandalkan kemampuan diri secara pribadi untuk mencapai suatu keberhasilan,tetapi hasilnya jelas akan kurang efektif apabila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh melalui suatu kolaborasi. Mungkin ia sering melakukan zakat, tapi sayangnya ia kurang atau bahkan belum menyadari akan makna besar dibelakang arti zakat itu sendiri, sehingga akhirnya ia tetap saja berorientasi pada hasil kerja pribadi atau perseorangan. Padahal, sesungguhnya zakat memiliki makna kolaborasi yang sangat kuat.

Namun prinsip zakat yang tidak tulus tidak akan efektif dan akan hanya menguntungkan secara jangka pendek, atau bahkan tidak memberikn manfaat apa-apa. Karena manusia melalui mata hatinya akan mampu merasakan suatu “kebohongan integritas”.Oleh karena itu, untuk mendapatkan suatu hasil yang optimal, maka prinsip zakat ini harus sungguh-sungguh datang dari dasar hati. Dengan pirinsip,” Bismillaahirrahmaanirrahiim”,maka integritasnya akan tercatat, tidak hanya dihati manusia tapi juga di hati Allah Yang Maha Mengetahui. Di sinilah letak tantangan terberat apabila anda ingin membangun suatu ketangguhan sosial yang sesungguhnya melalui zakat. Berzakatlah dengan tulus karena Allah Swt.

“Hai, orang-orang yang beriman,janganlah batalkan sedekahmu dengan umpatan dan gangguan, seperti orang menafkahkan kekayaannya supaya dilihat orang, tetapi tiada beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Perumpamaan mereka adalah seperti batu licin dengan tanah di atasnya. Hujan lebat menimpanya, maka tinggalah (batu yang) licin. Mereka tiada menguasai sesuatu pun dari apa yang telah mereka dapatkan. Dan Allah tiada membimbing orang yang kafir” 
QS Al Baqarah ayat 264. [DP : 2]

Wallahu a’lam.

Jika Janji AllAH Dihargai Sedikit

Didalam dunia ekonomi atau niaga tidak luput dari jual beli atau transaksi. Ada jual beli sektor riil,  ada  jual beli jasa dan ada pula jual beli janji atau bursa efek.

Didalam jual beli berlaku hukum ekonomi, yaitu suplai dan dimand. Kalau suplai terbatas, sementara permintaan bertambah maka harga akan naik, dan sebaliknya jika suplai berlimpah , sementara permintaan berkurang, maka harga akan turun. Contoh, LPG, minyak goreng, cabe, beras belum lama ini, karena suplai terbatas, permintaan banyak, harga melonjak sangat signifikan.Tetapi, ada lagi faktor yang mempengaruhi harga menjadi naik, yaitu faktor kualitas. Kalau kualitasnya baik maka orang akan mencari, walaupun harganya sedikit tinggi, pasti dibeli.

Demikian pula dengan jual beli janji yang sekarang dikenal dengan bursa efek atau jual saham. Kalau perusahaannya sedang menanjak, maju pesat dan bonafit, sahamnya sangat laku dijual, dipercaya janji-janjina. Namun, kalaupun janji-janji bursa efek sangat kuat dan dapat dipercaya oleh segolongan orang, tetapi sesungguhnya belum ada jaminann yang pasti. Fenomena sekarang yang berkembang, orang kurang menghargai janji-janji Allah, menganggap sepele yang telah dijanjikan Allah.

 Padahal Allah telah mengingatkan kita di dalam QS Ali Imran ayat 77.

“Sesungguhnya orang-orang yang menghargai janji-janji Allah dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bagian (pahala) di akherat dan Allah tidak akan berkata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka. Allah akan cuek kepada mereka dan Allah tidak akan mensucikan mereka”.

@ Laa khalaaqa lahum fil aakhirah (tidak mendapat bagian (pahla), idak ada daftar kebaikan di akhirat, rapornya kosong);

@ Walaa yukalimu humullaahu (Allah tidak mau berkata , kalau kita protes di akhirat Allah tidak mau berkata-kata dengan kita);

@ Walaa yanzum ilaihim (Allah tidak mau melihat kita, alias Allah cuek terhadap kita dan Allah tidak mau menghapuskan dosa-dosa kita)

Contoh tidak mau menghargai jual beli, misalnya ada pedagang keliling menawarkan suatu barang kepada kita. Karena kita tidak butuh terhadap barang tersebut, dari harga yang ia patok seharga 50.000 ribu rupiah kita tawar dengan harga hanya 5000 rupiah saja. Bayangkan, kalau barang itu janji Allah (yang sudah pasti benarnya) kita hargai dengan harga yang murah??Padahal janji Allah itu sudah sangat murah, kita hanya disuruh bertaqwa dan dengan usaha semampu kita (illa wus aha).

Didalam Al Qur’an banyak sekali janji-janji Allah, tetapi kebanyakan kita menghargainya dengan harga yang sangat murah,menganggap sepele, menganggap angin lalu, menganggap pura-pura tidak tahu, padahal itu janji Allah.

Firman Allah di dalam Al Qur’an surat Ali Imran ayat 132, 133, 136 dan Al Baqarah ayat 3, 4, dan 5 menjanjikan:

“Dan taatilah Allah dan rasul,supaya kamu diberi rahmat. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi ,di dalamnya mengalir sungai-sungai ,sedang mereka kekal di dalamnya, yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugrahkan kepada mereka dan mereka beriman kepada Kitab Al Qur’an,serta mereka yakin akan adanya(kehidupan) akhirat. Merekalah orang-orang yang beruntung”

Allah menegaskan kembali di dalam Surat Thaha ayat 124, 125, dan 126:

“Barang siapa mengabaikan Al Qur’an, ia akan resah, selalu takut, hidupnya sempit”

“Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku (Kitab Al Qur’an) maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”;

“Berkata ia, ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah orang yang melihat”; 

Allah berfirman,
” Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat kami maka kamu melupakannya, menghargainya dengan harga yang murah, anggap sepele, dan begitu pula hari ini kamupun dilupakan”.

Untuk menghargai janji-janji Allah, marilah kita selalu berusaha meningkatkan ketaqwaan kita dengan sebenar-benar taqwa, yaitu dengan memanfaatkan waku sebaik-baiknya. 

Untuk itu saya setuju bait nyanyian Ebit G Ade bahwa, ”Mumpung kita masih diberi waktu, kita mesti bersyukur, entah sampai kapan, tak ada yang dapat menghitung .Kepada rumput ilalang, bintang gemintang meminjam catatannya, sampai kapan? Gerangan waktu yang masih tersisa, semuanya menggeleng, semuanya terdiam,semuanya menjawab tidak tahu dan tidak mengerti . Yang terbaik adalah segeralah besujud menghargai janji-janji Allah, mumpung kita masih diberi waktu. [DP : 14]

Wallahu a’lam.