18/04/12

Allah Satu Tapi Ada Dimana- Mana



      Menjelaskan suatu pertanyaan,Allah Satu Tapi Ada Dimana-mana,Muhammad Fethullah Gulen, dalam bukunya “Islam Rahmatan lil Alamin”menguraikan seperti berikut.
      Allah Swt satu dan Esa. Meskipun demikian , Dia ada dan hadir dengan pengetahuan dan kekuasaan-Nya di setiap tempat. Ketika kita mengatakan ini , bukan berarti Allah Swt mengisi dimensi tempat seperti jasad. Ketika kita berkata bahwa Dia satu,kita menunjuk kepada kebesaran dan keagungan-Nya serta menjelaskan kedua sifat tersebut. Ketika kita berkata bahwa Dia berada di setiap tempat ,yang kita maksudkan adalah bahwa Dia dengan rahmat ,pengetahuan,dan kekuasaan-Nya berada di setiap tempat . Dia, tak satupun yang serupa dengan-Nya, laksana sinar mentari yang meskipun menyentuh kepala kita, jauh jauh dari kita dan tidak bisa kita jangkau . Artinya, meskipun Allah Swt meliputi kita dengan sifat-sifat-Nya dan lebih dekat kepada kita daripada urat leher ,kita tidak bisa menjangkau-Nya dalam kemuliaan-Nya . Ya, Allah Swt berfirman,”Dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat leher”(QS Qaaf ayat 16).
      Jadi, Allah yang lebih dekat kepada kita daripada urat leher kita sendiri,berikut ini bukti penjelasannya.
Seandainya air mataku tertahan dan mataku tidak diberi air, tentu mataku akan kekeringan. Jadi, setiap waktu Dia melihat mataku. Dia senantiasa membuatnya basah untuk melindunginya dari kekeringan. Jadi, ada Zat yang memberiku mata sebagai sarana untuk melihat benda ,yang melihat mataku ,serta mengetahui apa yang dilihat mataku agar segala sesuatunya dapat terlaksana dengan baik. Harus ada Zat yang membuat basah suapan makanan agar bisa dicerna,lalu mengirim sinyal ke lambungku ,menggerakan rahangku, serta mengirimkan makanan ke seluruh sel yang membutuhkan secara adil agar aku tetap hidup. Karena itu , kita melihat bahwa nama-nama Tuhan tampak pada diri kita lewat kasih sayang-Nya.  Seandainya Tuhan tidak berada serta mendengar dan melihat di setiap tempat, tentu suapan makanan akan kering di mulut. Ia akan turun ke lambung seperti batu keras serta tidak akan terdistribusikan keseluruh sel secara seimbang. Dari uraian ini, kita dapat memahami bahwa Allah Swt lebih dekat kepada kita dari pada diri kita sendiri. Ya, dengan seluruh manifestasi nama-nama-Nya yang mulia, Allah Swt lebih dekat kepada kita dari pada urat leher. Akan tetapi, dengan karakter kemanusiaan yang kita miliki, kita sangat jauh dari-Nya
      Allah itu tetap satu. Ini sesuai dengan pengertian ayat-ayat Al Quran dan konsekwensi logis berbagai hakikat alam. Seandainya terdapat dua tuhan,tentu langit dan bumi sudah hancur.Inilah yang disebutkan Al Quran .
“Seandainya di langit dan bumi terdapa tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya sudah hancur. Maha suci Allah,Tuhan Sang pemilik arasy, dari apa yang mereka sifatkan.”
                            QS Al Anbiyaa ayat 22
Bintang gemintang pasti berbenturan ,atom-atom juga saling bertabrakan ,sinar matahari yang sampai ke bumi akan memicu penyinaran terhadap uranium, serta tidak satupun di permukaan bumi hidup. Para ulama kalam terdahulu menyebutnya dengan “argumen ketidak mungkinan”. Sesuai dengan argumen tersebut ,Allah Swt adalah Esa. Tidak mungkin ada dua tuhan. Kondisi yang sederhana saja, misalnya sebuah kapal ,akan berakhir kacau jika ada dua nakhoda yang memegang kendali. Seandainya sebuah mobil dikendalikan oleh dua sopir,tentu kekacauan dan tabrakan akan terjadi meskipun jalan yang dilaluinya bagus. Karena itu, alam akan kacau seandainya kendali dan pengaturannya bersumber dari dua kehendak yang sama-sama mandiri dan independen.Oleh karena itu, kita melihat sebuah ketentuan tersebunyi di balik alam yang besar dan sangat teratur ini. Mulai dari jagat raya alam sederhana (manusia) hingga alam kecil (atom) .Tatanan, keharmonisan,dan keselarasan yang terdapat di seluruh alam membutuhkan rancangan ilmiah, diperlukan pengawasan dan pengendalian yang terus menerus. Semua itu membutuhkan kehendak yang satu dan Zat yang satu.
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan Kami dan sesungguhnya Kami-lah yang meluaskannya”
QS Az-Zariyat ayat 47
Manusia sekalipun, menolak campur tangan orang lain dalam urusan pribadinya dan dalam pekerjaannya. Jika demikian , bagaimana mungkin ada yang ikut campur dalam urusan Allah Swt dalam mengatur semua persoalan yang saling terkait dan rumit di jagat raya ini?.Berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar kita ,membuktikan bahwa Allah Swt adalah satu-satunya sandaran. Dia-lah satu-satunya tempat kembali. Setiap makhluk di alam ini menghadap kepada Allah Swt,mengajukan kebutuhan ,serta berdoa kepada-Nya. Allah mengabulkan doa-doa itu sekali gus menyingkap hakikat tersebut kepada kita saat Dia berfirman:
“Atau siapakah yang mengabulkan permintaan orang yang terdesak ketika ia berdoa kepada-Nya”.
                                                                                  QS Al-Naml ayat 62
Jadi,Allah Swt ada di setiap tempat. Dia mendengar seluruh suara dan melihat semua kondisi. Dia bersegera menolong semua makhluk ,hadir pada semuanya lewat rahmat dan kasih sayang-Nya.
      Kami akan menjelaskan,”dekat tetapi jauh” dengan sebuah contoh. Matahari sangat dekat dengan kita ,namun kita jauh darinya.Matahai hanya satu ,namun ia menyentuh kepala kita setiap hari dengan sinarnya. Andaikata panas matahari memiliki kekuatan ,cahayanya memiliki pengetahuan ,dan ketujuh warnanya memiliki indra penglihatan dan pendengaran ,tentu matahari lebih dekat kepada kita daripada kita sendiri ,dan tentu ia melakukan banyak hal terhadap kita .Demikianlah kondisi matahari meski ia berupa materi. Ia menjadi kekuatan besar dalam bentuk sinar dan cahaya  yang sampai kepada kita dan tempat-tempat lain. Padahal matahari berupa benda materi, sedangkan Allah Swt bukan cahaya,sinar atau tom. Dia adalah pencipta semua entitas (wujud) tersebut. Karena itu, Dia pasti berbeda.
      Apabila matahari dan makhluk Allah Swt ,bahkan sejumlah makhluk yang hina dan lemah ,memiliki kemampuan semacam itu ,mengapa Allah Swt tidak memiliki manifestasi ,kehadiran ,dan pengawasan semacam itu di setiap tempat?! Padahal Dia adalah Sang Maha Hidup dan Sang Berdiri-sendiri.[DP:6]
“Katakanlah, Dia-lah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan tempat meminta. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan, dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan Dia”
                                                                            QS Al-Ikhlas ayat 1-4
Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar