18/04/12

Doktrin Tauhid ”Laa Ilaaha Illallah”



      DOKTRIN Tauhid “Laa Ilaaha Illallah” merupakan syahadat serta proklamasi kemerdekaan martabat kemanusiaan bagi setiap pribadi muslim yang nilainya jauh melampaui makna Declaration of Independence and Human Right yang diagung-agungkan di negeri Barat. Dengan penghayatan kalimat tauhid ini maka ucapan “Laa Ilaaha Illallah” yang sering kali diucapkan dengan penuh hikmat seharusnya akan memberikan daya dan getaran energi pada jiwa manusia serta tidak akan ada yang mampu mendominasi pikiran, hati dan tindakan kita kecuali hanya untuk Allah Swt. Ini akan menimbulkan rasa tenang sejati yang abadi.
      Sejarah telah mencatat bagaimana kalimat syahadat ini pernah menghasilkan suatu generasi manusia pada abad ke enam dan ketujuh Masehi yaitu generasi sahabat Rasulullah yang telah begitu menggetarkan dunia dengan menunjukan kualitas akhlak mereka yang mulia dan agung namun sekali gus begitu perkasa. Menurut catatan Michael Hart, penuis buku “Seratus tokoh paling berpengaruh dalam sejarah” bahwa mereka disebut-sebut sebagai generasi terbaik yang pernah ada dalam sejarah perjalanan umat manusia.
      Dalam teologi Islam, kedudukan Asmaul Husna atau 99 sifat-sifat Allah adalah amat penting. Semuanya terangkum dalam kesatuan tauhid, yang Esa Dzat-Nya, Esa sifat-Nya, Esa pemikiran-Nya, dan Esa perbuatan-Nya. Penyebutan dan penghayatan nama-nama yang baik (Asmaul Husna) bagi Allah Swt, sesungguhnya merupakan dimensi makna kehadiran-Nya dalam rangka membangun wawasan dan  kometmen.
      Manusia diberi wewenang untuk menggunakan haknya dari Allah Swt untuk mengarungi keluasan samudera hakikat dan ilmu-Nya, maka dengan meresapi ke 99 Asma Allah tersebut seorang manusia akan bisa menguatkan dirinya kembali (reinforcement) sebagai suatu titik tolak pembangunan dan pengasahan kecerdasan emosinya. Dengan Asmaul Husna ia berikhtiar untuk menunjukkan kebaikan dari kebenaran, kebenaran dan kebenaran, dan keindahan dari kebenaran milik-Nya.
      Dengan doktrin “Laa Ilaaha Illallah”, Allah ingin memuliakan dan sekali gus membebaskan manusia dari segala bentuk penghambaan serta keyakinan semu yang akan meruntuhkan martabat diri sebagai makhluk yang paling mulia. Seperti yang telah pernah disinggung dalam topik terdahulu ,bahwa mengambil Ilah atau sesembahan selain Allah, seperti kehormatan diri, kepentingan, ataupun harta, kesemuanya itu hanya bersifat fana. Namun, sebaliknya apabila semuanya dilakukan berdasarkan pijakan Ilah pada Allah, maka jawabannya sudah pasti yaitu melahirkan ketenangan, kepercayaan diri, integritas, motivasi dan kebijaksanaan yang semuanya bersifat abadi dari Allah Azza wa Jalla.
      Ikrar kalimat syahadat ini diucapkan paling sedikit sembilan kali dalam sehari semalam yang terdapat dalam “ tahiyyat awal dan akhir” di dalam shalat lima waktu. Ucapan “Asyhadu an laa Ilaaha Illallah” atau “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah”, yang diucapkan berulang-ulang seharusnya akan menjadi sebuah doktrin yang maha dahsyat yang akan mengisi dan menggetarkan kalbu. Ini sebenarnya merupakan sebuah energi raksasa yang tercipta dari hukum kekekalan energi yaitu sifat energi yang kekal, artinya energi itu tidak bisa dihilangkan tetapi berubah bentuk menjadi energi yang lain. Di Jepang pola ini diterapkan, dimana para instruktur mewajibkan para siswa eksekutifnya untuk mengucapkan kalimat “saya juara” seratus kali dalam sehari selama masa latihan. Teori ini disebut “repetitive magic power”. Apabila seseorang melaksanakan shalat lima waktu, maka ia akan melakukan repetitive magic power ini sebanyak 270 kali dalam sebulan, yaitu 9x30, atau 3240 dalam setahun (270x12). Apabila ia telah melakukan shalat sepuluh tahun saja maka ia telah melakukan repetitive magic power sebanyak 32.400 kali, dan ini dilakukan seumur hidupnya. Bayangkan energi yang ditimbulkannya.
      Ini tidak hanya merupakan suatu energi, tetapi juga suatu pengasahan mental spiritual yang amat dahsyat melalui pembangunan bawah sadar seseorang. Namun mengapa kebanyakan orang belum mengalami kemajuan berarti, padahal ia telah melakukan shalat lebih dari sepuluh tahun? Ini sangat tergantung dengan wawasan dan pemahamannya tentang iman dan arti shalat yang sesungguhnya, maka ia akan sulit sekali memperoleh benefit dari tindakan yang dilakukannya itu. Ia shalat tetapi mungkin  tidak dengan hatinya, hanya fisiknya saja yang bergerak. Disamping itu ia pun mungkin belum menciptakan suatu tujuan akhir dari shalatnya sendiri.
Langkah pertama, berupa penetapan misi melalui ikrar syahadat, tidak lain hanyalah bertujuan untuk melatih, merekam, dan mengasah kembali prinsip ber- Ilah kepada Allah Yang Maha Esa, meneladani sifat-sifat Allah, berusaha berfikir cara Allah (satu kesatuan tauhid) serta bergantung hanya kepada Allah sebagai landasan prinsip atas segala pemikiran dan segala tindakan, dan sebuah kometmen untuk  mematuhi segala perintah dan menjauhi semua larangannya. Inilah ikrar atau syahadat yang sesungguhnya.
“Ia-lah yang menurunkan ketenangan dalam hati para mukmin, supaya mereka (yang sudah beriman), bertambah imannya. Kepunyaan Allah tentara langit dan bumi. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana”.
                                QS Al Fath ayat 4
      Kekuatan doktrin syahadat ini telah menghasilkan kemajuan tidak hanya dalam bidang akhlak saja, tetapi juga dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti kata Roger Geraudy seorang cendekiawan Perancis, selama berabad-abad yang lalu dunia Barat hanya bisa membanggakan satu orang jinius yang memiliki multi disiplin keilmuwan yaitu Leonardo Da Vinci. Akan tetapi sebenarnya dalam Islam terdapat begitu banyak orang-orang yang jinius secara universal seperti Al Kindi, Ar Razi, Al Baruni, sampai Ibnu Sina. Ibnu Majid (ahli kelautan) yang sebenarnya adalah inspirator Vasco Da Gama untuk menemukan Calcutta. Ibnu Nafis (pakar kedokteran) yang menemukan sirkulasi darah empat ratus tahun sebelum Harvey dan tiga ratus tahun sebelum Servet dari Eropa. Abdul Qosim yang menyelidiki TBC tulang punggung, tujuh abad sebelum Percivall Pot (1713-1788) menemukannya. Belum lagi seperti nama-nama Zero, Cipher, Al Gebra, Al Goritma dalam bidang matimatika. Chemistry, Alcohol, Akkali, Elixir dalam bidang kimia. Dalam bidang geografi terdapat nama-nama Azure, Zenith, Azimuth, Giblartar, Elimate dan lain-lain, yang semuanya berasal dari Islam. Ini semua terlihat akibat dari dorongan yang kuat dari Allah Swt melalui Nabi Muhammad agar mereka terus mempelajari ciptaan-Nya. Ini pun adalah suatu penjabaran dari syahadat akan sifat-sifat Allah yang Maha Ilmu. Itu semua juga tidak lain adalah hasil kepemimpinan Rasulullah Saw yang mendorong umatnya agar terus menggali rahasia alam semesta (iqra’) sebagai pengejawantahan misi “rahmatan lil alamiin”.
      Bahkan Rasulullah telah memberikan contoh-contoh secara nyata atas pelaksanaan sifat-sifat Allah yang telah diabadikan dalam Al Qur’an dan Al Hadis secara sangat nyata dan jelas itu. Ini diharapkan bisa membangkitkan keyakinan diri manusia bahwa Asmaul Husna dalam tingkatan dunia tidak mustahil dan memiliki kemampuan yang masuk akal untuk diaplikasikan, dengan cara mencontoh sikap dan tingkah laku keseharian Rasulullah yang begitu sangat manusiawi.
      Ucapan “Wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah” (Dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah) diucapkan pula dalam jumlah yang sama di dalam shalat, yaitu sedikitnya sembilan kali  sehari semalam dalam shalat lima waktu, atau tidak kurang dari 3240 kali dalam setahun yang terdapat di dalam tahiyyat awal dan akhir. Ini berfungsi sebagai rekaman alam pikiran bawah sadar sekaligus membangun suatu kesadaran diri, sehingga tercipta sebuah doktrin yang menghasilkan sebuah karakter yang mengacu kepada Rasulullah Saw. Namun kembali, ini semua sangat tergantung pula pada sejauh mana pemahaman dan tingkat iman seseorang tentang sifat dan tingkah laku Rasulullah Saw yang ada dalam Al Qur’an dan Hadis.
      Itulah, pola pelatihan dan pembentukan karakter melalui pengucapan dua kalimat syahadat yang dilakukan secara berulang-ulang, sehingga menjadi sebuah kebiasaan (habit) yang mengisi kalbu dengan cara terus mengingat dan meresapi nama-nama Allah dan Nabi Muhammad Saw sebagai contoh kongkritnya. Skaligus berikrar kepada Allah Yang Maha Tinggi untuk berkometmen taat atas segala perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
“Allah menyatakan Tiada Tuhan selain Ia, yang berdiri di atas keadilan. Demikian pula malaikat dan orang berilmu (menyatakan demikian). Tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana”.
Wallahu a’lam [DP:2}                QS Ali Imranayat 18       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar