19/04/12

Jika Janji AllAH Dihargai Sedikit

Didalam dunia ekonomi atau niaga tidak luput dari jual beli atau transaksi. Ada jual beli sektor riil,  ada  jual beli jasa dan ada pula jual beli janji atau bursa efek.

Didalam jual beli berlaku hukum ekonomi, yaitu suplai dan dimand. Kalau suplai terbatas, sementara permintaan bertambah maka harga akan naik, dan sebaliknya jika suplai berlimpah , sementara permintaan berkurang, maka harga akan turun. Contoh, LPG, minyak goreng, cabe, beras belum lama ini, karena suplai terbatas, permintaan banyak, harga melonjak sangat signifikan.Tetapi, ada lagi faktor yang mempengaruhi harga menjadi naik, yaitu faktor kualitas. Kalau kualitasnya baik maka orang akan mencari, walaupun harganya sedikit tinggi, pasti dibeli.

Demikian pula dengan jual beli janji yang sekarang dikenal dengan bursa efek atau jual saham. Kalau perusahaannya sedang menanjak, maju pesat dan bonafit, sahamnya sangat laku dijual, dipercaya janji-janjina. Namun, kalaupun janji-janji bursa efek sangat kuat dan dapat dipercaya oleh segolongan orang, tetapi sesungguhnya belum ada jaminann yang pasti. Fenomena sekarang yang berkembang, orang kurang menghargai janji-janji Allah, menganggap sepele yang telah dijanjikan Allah.

 Padahal Allah telah mengingatkan kita di dalam QS Ali Imran ayat 77.

“Sesungguhnya orang-orang yang menghargai janji-janji Allah dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bagian (pahala) di akherat dan Allah tidak akan berkata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka. Allah akan cuek kepada mereka dan Allah tidak akan mensucikan mereka”.

@ Laa khalaaqa lahum fil aakhirah (tidak mendapat bagian (pahla), idak ada daftar kebaikan di akhirat, rapornya kosong);

@ Walaa yukalimu humullaahu (Allah tidak mau berkata , kalau kita protes di akhirat Allah tidak mau berkata-kata dengan kita);

@ Walaa yanzum ilaihim (Allah tidak mau melihat kita, alias Allah cuek terhadap kita dan Allah tidak mau menghapuskan dosa-dosa kita)

Contoh tidak mau menghargai jual beli, misalnya ada pedagang keliling menawarkan suatu barang kepada kita. Karena kita tidak butuh terhadap barang tersebut, dari harga yang ia patok seharga 50.000 ribu rupiah kita tawar dengan harga hanya 5000 rupiah saja. Bayangkan, kalau barang itu janji Allah (yang sudah pasti benarnya) kita hargai dengan harga yang murah??Padahal janji Allah itu sudah sangat murah, kita hanya disuruh bertaqwa dan dengan usaha semampu kita (illa wus aha).

Didalam Al Qur’an banyak sekali janji-janji Allah, tetapi kebanyakan kita menghargainya dengan harga yang sangat murah,menganggap sepele, menganggap angin lalu, menganggap pura-pura tidak tahu, padahal itu janji Allah.

Firman Allah di dalam Al Qur’an surat Ali Imran ayat 132, 133, 136 dan Al Baqarah ayat 3, 4, dan 5 menjanjikan:

“Dan taatilah Allah dan rasul,supaya kamu diberi rahmat. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi ,di dalamnya mengalir sungai-sungai ,sedang mereka kekal di dalamnya, yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugrahkan kepada mereka dan mereka beriman kepada Kitab Al Qur’an,serta mereka yakin akan adanya(kehidupan) akhirat. Merekalah orang-orang yang beruntung”

Allah menegaskan kembali di dalam Surat Thaha ayat 124, 125, dan 126:

“Barang siapa mengabaikan Al Qur’an, ia akan resah, selalu takut, hidupnya sempit”

“Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku (Kitab Al Qur’an) maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”;

“Berkata ia, ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah orang yang melihat”; 

Allah berfirman,
” Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat kami maka kamu melupakannya, menghargainya dengan harga yang murah, anggap sepele, dan begitu pula hari ini kamupun dilupakan”.

Untuk menghargai janji-janji Allah, marilah kita selalu berusaha meningkatkan ketaqwaan kita dengan sebenar-benar taqwa, yaitu dengan memanfaatkan waku sebaik-baiknya. 

Untuk itu saya setuju bait nyanyian Ebit G Ade bahwa, ”Mumpung kita masih diberi waktu, kita mesti bersyukur, entah sampai kapan, tak ada yang dapat menghitung .Kepada rumput ilalang, bintang gemintang meminjam catatannya, sampai kapan? Gerangan waktu yang masih tersisa, semuanya menggeleng, semuanya terdiam,semuanya menjawab tidak tahu dan tidak mengerti . Yang terbaik adalah segeralah besujud menghargai janji-janji Allah, mumpung kita masih diberi waktu. [DP : 14]

Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar