18/04/12

Jika, Khusuk, Ikhlas Dan Pasrah Jiwa Kita Menjadi Tenang



      Ada tiga hal yang harus kita perhatikan supaya jiwa dan fisik kita menjadi tenang dan sehat. Ketiga hal itu adalah khusuk, ikhlas,dan pasrah.Khusuk, adalah pemusatan pikiran pada Sang Maha Kuasa ketika berdoa dengan penuh konsentrasi dan dengan kerendahan hati. Sebab, salah satu penyebab tidak terkabulnya doa adalah karena kita tidak khusuk, hati dan pikiran kita  mengerawang, tidak ikut hadir pada saat berdoa, alias berdoa hanya di mulut saja, tidak sepenuh hati. Jadi mestinya,hilangkan pikiran lain, konsentrasi pada kata-kata yang kita ucapkan ketika berdoa.
      Ikhlas, artinya ridha menerima segala sesuatu yang tidak mengenakan pada diri kita dan harus diterima dengan ikhlas, tidak mengeluh, tidak komplain atas sesuatu kejadian atau musibah yang sering kita alami atau terima.
      Yang membuat kita makin sakit adalah karena kita tidak mau menerima dengan ikhlas rasa sakit atau masalah yang sedang kita hadapi itu. Kalau kita ikhlas, apapun yang kita alami menjadi sarana mensucikan diri dari dosa dan kesalahan yang pernah kita lakukan. “Wong sakit kok disuruh ikhlas, saya ini pingin sembuh”,begitu respon kebanyakan orang yang sedang sakit. Orang semacam itu biasanya sulit sekali sembuh, ia gelisah karena tidak ikhlas. Itulah paradox penyakit, semakin kita berontak, semakin sering ia menghinggapi kita.Semakin ikhlas kita menerimanya, semakin cepat ia pergi. Jadi ikhlaskan hati anda, maka rasa sakit anda akan pergi, kalaupun ia tak kunjung pergi juga, at least sakit itu dapat menjadi berkah penebus dosa, penambah pahala.
      Pasrah, berbeda dengan ikhlas. Kalau ikhlas menerima dengan legowo apapun yang kita alami saat ini, sedangkan pasrah adalah menyerahkn kepada Allah apapun yang terjadi nanti. Kita pasrahkan kepada-Nya apapun yang terjadi. Apakah nanti rasa sakit yang kita alami semakin parah, semakin membaik, atu sembuh total kita pasrahkan kepada Allah Swt. Pasrah atau disebut juga “tawakal” ialah kita hanya percaya kepada Allah, kita sadar bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi kecuali atas kehendak Allah, semuanya atas kehendak Allah, semuanya karena kebijakan Allah. Kita pasrah ketika menerima kehendak Allah tanpa merasa bertanya-tanya atas kehendak-Nya, karena kita telah beriman dan yakin seyakin-yakinnya dengn segala keputusan yang diberikan Allah kepada kita. Namun, pasrah bukan berarti “fatalisme”, pasrah sejati disertai usaha optimal untuk mencari solusi. Jadi, pasrah adalah sebuah kondisi jiwa bukan kita menyerahkan diri kita kepada Allah tanpa usaha, tentu saja harus dibarengi dengan semangat juang dan usaha yang pantang menyerah, sehingga akan memberikan ketenangn jiwa dan kedamaian pikiran, karena yakin bahwa segala permasalahan kita adalah dalam genggaman-Nya. Dan bagi orang yang pasrah, Allah akan mengambil masalahnya. Allah sendiri yang akan turun tangan untuk menyelesaikan permasalahannya.
      Seperti Nabi Ibrahim berdoa mempasrahkan dirinya kepada Allah ketika Ia akan dibakar, dalam QS Ambiya ayat 69 ,”Cukuplah Allah sebagai penolongku”maka jadi dinginlah api yang hendak membakarnya. Atau Nabi Musa yang berdoa ketika berhadapan dengan Fir’aun, “Aku serahkan masalahku kepada Allah ,sesungguhnya Dia Maha Melihat segala urusan hambanya” (QS Taaha ayat 25”). Allah pun berpesan ,”Dan jika telah kau bulatkan tekadmu, maka slanjutnya, pasrahkanlah kepada Allah  Swt, sesungguhnya Ia mencintai orang-orang yang berpasrah diri dan katakan dengan rahmat dan karunia Allah hendaklah kamu berbahagia, karena rahmat dan karunia-Nya lebih baik dari  yang kamu usahakan”.
      Sebagai ilustrasi, pada tahun 1952 ,tuan Laster Levenson  adalah seorang wira usahaan sukses dan pakar Fisika, diusianya yang ke 42 menderita berbagai macam penyakit fisik dan psikologis. Kesuksesan karir dan finansil tidak membuatnya bahagia. Ia menderita depresi berat, sakit ginjal, lever membengkak, dan beberapa komplikasi parah lainnya. Suatu hari, dokter yang menanganinya menyerah dan mmpersilakan dia pulang untuk menjemput kematian dengan damai di apartmennya di Central South Park, New York USA. Laster Levenson adalah pria yang suka tantangan, alih-alih menyerah, dia malah memutuskan untuk kembali ke laboratorium dan mencari jalan keluar atas masalah dirinya. Dia melakukan refleksi, dan akhirnya menemukan cara pasrah untuk melewati segala keterbatasan dirinya,”to letting go of all any inner limitation” begitu ia menyebutnya. Selama 3 bulan ia mempraktikan metode pasrah ini. Dan secara ajaib semua penyakitnya sembuh, bahkan memasuki kondisi kedamaian dan kebahagiaan yang terus ia rasakan hingga hari kematiannya, 18 Januari 1994, yaitu 40 tahun setelah vonis dokter, luar biasa. Metode pasrah ala Laster Levenson dikembangkan di Amerika Serikat, oleh muridnya yang setia bernama Hole Dwoskin, sampai sekarang ratusan ribu orang telah memetik manfaatnya dan ternyata efektivitasnya telah diakui para ahli dan dibuktikan oleh beberapa penelitian, salah satunya dilakukan oleh lembaga penelitian terkemuka, Harvard Medical School.
“Yaitu, orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali”.
                                                                                   QS Al-Baqarah ayat 156
Kata kunci dari ketiga pokok yang diuraikan di atas, bahwa “ikhlas”kita sikapi atas sesuatu yang telah terjadi. Sedangkan “khusuk dan pasrah” kita sikapi atas sesuatu yang belum terjadi. Nah, apabila kata kunci itu kita fungsikan dengan sebenarnya, Insya Allah jiwa dan fisik kita menjadi tenang dan sehat.[DP : 16]
Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar