18/04/12

Ketangguhan Pribadi Muslim

Ketangguhan pribadi, menurut Ary Ginanjar Agustian (pengarang buku Emotional Spiritual Quotient [ESQ] ), dapat dihasilkan apabila seseorang hanya berpegang kepada Allah yang Esa, dan tidak ada Ilah lain baginya kecuali Allah Swt yang menjadi gantungan hidupnya. Ia hanya menderita apabila Allah meninggalkannya, tetapi ia tahu persis selama ia berpegang teguh pada syahadat (janjinya) kepada Allah, maka Allah tidak akan pernah meninggalkannya. Dan ia pun tahu dengan pasti bahwa pegangannya itu adalah Allah Swt yang bersifat Maha Pengasih dan Penyayang terhadap  dirinya, Laa mahbuba illa huwa Allah, tidak ada yang dicintainya kecuali Dia Allah.
     Orang yang memiliki ketangguhan pribadi, ia merasa aman dan mantap, karena ia telah memiliki pedoman yang jelas dalam mencapai tujuan hidup dan ia pun tetap fleksibel serta bijaksana dalam menghadapi realitas kehidupan yang riil. Pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seseorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang Alllah berikan  dan percayakan padanya, ini baginya adalah suatu ibadah. Bahkan ia bekerja jauh lebih keras dari yang kita kira, karena ia bekerja bukan untuk dirinya semata, tetapi untuk Tuhan-Nya Yang Maha Tinggi. Jadi standar kualitasnya tinggi sekali. Teladannya adalah Nabi Muhammad Saw dan acuannya adalah Allah Swt Yang Maha Tinggi dan Mulia. Itulah ketangguhan peribadi sesungguhnya, hasil celupan Allah Tuhan-Nya yang sangat dicintainya.
“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, carilah jalan supaya dekat kepada-Nya. Dan berjihadlah di jalan-Nya, supaya kamu berjaya ”.(QS Al Maidah ayat 35)

Menurut Ary Ginanjar Agustian,dalam bukunya ESQ tersebut,  ketangguhan pribadi adalah seseorang yang telah memiliki prinsip berpikir sebagai berikut:
1.    Selalu beriman hanya kepada Allah sebagai prinsip dasar dan landasan      yang kokoh.
2.    Beriman kepada Malaikat sebagai prinsip kepercayaan untuk selalu berbuat jujur yang dicontohkan para malaikat.
3.    Beriman kepada Nabi  dan Rasul-Nya sebagai prinsip kepemimpinan yang diteladani.
4.    Beriman kepada Al Quran Al Karim sebagai prinsip pembelajaran dan sumber ilmu.
5.    Beriman kepada Hari Kemudian sebagai prinsip masa depan untuk selalu optimis.
6.    Beriman kepada Ketentuan Allah sebagai prinsip hidup teratur menurut sunatullah.
Selanjutnya kata Ary ,dalam pelaksanaannya ia memiliki lima langkah sukses ,
Pertama ia memiliki mission statement yang jelas yaitu dua kalimah “Syahadat”, kedua memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekali   gus simbul kehidupan yaitu “shalat lima waktu”, ketiga ia memiliki  kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbulkan dengan “puasa”, keempat ia memiliki sifat kesadaran bahwa dirinya adalah salah satu bagian dari lingkungan sosial yang memiliki missi sebagai rahmatan lil alamin, yang disimbulkan dengan “zakat”, dan kelima ia memiliki ketangguhan peribadi dan ketangguhan sosial setelah melakukan ibadah fisik secara total melalui gerakan yang kongkerit dan jelas sebagai aplikasi rukun Iman dan rukun Islam,yang disimbulkan dengan “ibadah haji”.
         Prinsip dan langkah ini teramat penting, karena akan menghasilkan suatu kecerdasan emosi dan spiritual yang sangat tinggi  (akhlaku karimah) yang fitrah.
         Apabila kita analogikan dengan teori molekul, maka fitrah adalah inti atom. Inti atom ini kemudian dilapisi dan dilindungi dengan 6 Rukun Iman yang menjaga inti atom tersebut, agar selalu tetap terjaga kemurniannya. Dan untuk mengasah dan mempertahankan serta meningkatkan energi inti atom (fitrah) itu maka ia dilingkari dan dikelilingi oleh syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji yang terus berputar secara teratur seperti elektron mengelilingi inti atom. Hasilnya adalah kualitas tingkat keimanan yang kuat dan terpelihara yang akan menghasilkan suatu ketangguhan pribadi yang hebat. Analogi tersebut menggambarkan suatu keteraturan sistem, seperti galaksi Bima Sakti, bulan yang mengelilingi bumi, bumi yang mengelilingi matahari, dan elektron-elektron yang mengelilingi inti atom.
“Langit yang tujuh ,bumi dan semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada satupun melainkan bertasbih dengan memujinya ,tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka . Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”.
                                QS Al Isra’ ayat 44
Begitu pula inti Tuhan (fitrah) yang dikelilingi oleh iman, dan iman yang dikelilingi oleh 5 Rukun Islam, semua teratur, yang membentuk suatu sistem dalam satu ke Esaan Tauhid. Lingkaran rukun Iman dan Rukun Islam seluruhnya mengitari atau mengorbit pada titik Tuhan. Penetapan missi (mission statement) dan pembangunan karakter, semua beredar mengitari inti. Ini melukiskan bahwa missi kehidupan dan karakter kita harus terpusat kepada kehendak Tuhan. Begitu pula dengan pengendalian diri (self controlling), harus sesuai dengan kehendak Tuhan, dengan mengikuti garis edar. Kolaborasi strategis atau sinergipun harus berprinsip kepada suara hati pada titik Tuhan, bukan kepentingan golongan. Semua kegiatan manusia harus mengorbit pada kehendak suara hati ilahiah pada titik Tuhan secara sangat seimbang.
Seumpama sebuah sistem tata surya,kelima planit Rukun Islam memiliki masa edar yang berbeda didalam mengelilingi inti (waktu evolusi). Planet “syahadat” berevolusi sembilan kali dalam sehari semalam, diucapkan di dalam tahiyat awal dan akhir ketika melakukn shalat.
Planet “shalat” berputar mengelilingi inti, lima kali dalam sehari semalam. Planet “puasa” bergerak pada garis edar satu kali dalam setahun (sebulan penuh). ”Zakat” satu kali dalam setahun. Dan ibadah “haji” satu kali seumur hidup. Perhatikan ini baik-baik, semakin jauh dan semakin berat beban, maka gerakan menjadi semakin lambat. Ada sesuatu kekuatan yang maha dahsyat yang menggerakan ini semua. Apabila salah satu planet pada susunan tata surya, Mars berhenti beredar misalnya, maka niscaya alam akan hancur. Begitu pula apabila salah satu rukun Islam diabaikan maka moral dan dan susunan tata sosial akan rusak, seperti yang terjadi saat ini di Indonesia. Itulah sebabnya pelaksanaan rukun Islam wajib hukumnya. Seperti kewajiban planet-planet pada galaksi Bima Sakti untuk mengelilingi inti, demi keseimbangan alam semesta, semua sujud kepada Allah.
Gerakan mengelilingi inti yang dilakukan berulang-ulang, melambangkan suatu langkah penyempurnaan dan pengasahan untuk menuju kepada sifat-sifat ilahiah ,dan semua karena Allah semata. Itulah gerakan yang dinamakan Ihsan. [DP: 2]

“Demi matahari, dan cahayanya di pagi hari. Demi bulan bila ia mengelilingi (matahari). Demi siang bila ia menampakan (matahari). Demi malam bila ia menutupinya . Demi langit dan yang dibina padanya. Demi bumi dan yang dibentangkan atasnya. Demi sukma dan penyempurnaannya.”
            QS Asy Syam ayat 1-7
      Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar