19/04/12

Keteladanan Malaikat Suatu Integritas Dan Loyalitas

Malaikat adalah makhluk Mulia, mereka sangat dipercaya oleh Tuhan untuk menjalankan segala perintah-Nya. Semua pekerjaan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Seberat apapun pekerjaan yang diberikan kepada mereka, akan dilaksanakan dengan sepenuh hati. Prinsipnya tunggal, yaitu hanya berpegang kpada Allah Swt.

“ ... Maha Suci Ia, Tidak ! (Mereka) hanyalah hamba-hamba yang dimuliakan ” QS Al Anbiyaa ayat 26

Malaikat memiliki kesetiaan yang tiada tara dan bekerja tanpa kenal lelah. Tidak memiliki kepentingan lain, selain menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh Allah Swt hingga tuntas, dengan hasil yang memuaskan dan mereka sangat berdisiplin dalam melaksanakan tugas. Semua sistem yang di bawah tanggung jawabnya berjalan dengan sangat sempurna, tanpa cacat sedikitpun. Inilah contoh integritas (sikap suara hati yang bersih,jujur, dipercaya) yang sesungghnya, suatu integritas total yang telah menghasilkan suatu kepercayaan yang maha tinggi. Kepercayaan yang langsung diberikan oleh Tuhan, dan ia (malaikat) secara sungguh-sungguh mampu menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya, sehingga menjadi suatu kepercayaan yang abadi. Keteladanan yang bisa diambil dari sifat-sifat malaikat secara umum adalah, kepercyaan yang dimilikinya, loyalitas dan integritasnya yang sangat mengagumkan.

“(Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongn kepada Tuhan-Mu, lalu Ia mengabulkan permohonanmu, (sambil berfirman), akan kutolong kamu dengan seribu malaikat beriring-iringan”.(QS Al Anfaal ayat 9)
                           
Berikut ini diberikan sebuah contoh tentang kepercayaan dan integritas di sebuah negara maju, Amerika Serikat. Sebuah lembaga bernama Ethnic Officers Associaton memprakarsai sebuah survei terhadap 1300 pekerja disemua jenjang perusahaan-perusahaan Amerika, dan yang mereka temukan ternyata sangat mengejutkan. Sekitar separuhnya mengaku terlibat dalam praktek-praktek bisnis yang tidak etis dan tidak jujur (New York Bantam Books,1999). Mulai dari hal-hal yang kecil seperti mencuri kertas dan pinsil, berbohong kepada atasan sampai pembajakan hak cipta. 

Contoh di atas kiranya dapat melukiskan bahwa masih banyak orang-orang yang melakukan kejahatan-kejahatan kecil apabila memiliki kesempatan dan tidak terlihat oleh orang lain. Mereka umumnya menganggap bahwa hal itu tidak akan diketahui oleh atasan mereka, dan menganggap pelanggaran-pelanggaran etika ini adalah suatu hal yang biasa. Padahal ini menyangkut sesuatu yang serius, yaitu integritas dan kepercayaan. Hal ini terjadi karena pengaruh dari prinsip yang dianut masing-masing orang. Prinsip mereka adalah bekerja untuk mencari uang dan dinilai oleh atasan. Hasilnya adalah orang-orang yang memiiki karakter yang tidak dapat dipercaya

Contoh lain, Jenderal Charles de Gaulle adalah contoh tokoh kontroversial yang berhasil mengubah paradigma meliter Prancis dan institusi yang semula terlibat kegiatan politik, menjadi alat negara yang modern dan profesional. Sejak masih berpangkat letnan kolonel, putra kedua dari keluarga berada dan terhormat ini, telah menimbulkan keresahan dijajaran meliter Perancis karena tulisan-tulisannya tentang hubungan sipil dan meliter (La Discorde Chez I’ennemi), teori kepemimpinan (Le fil de I’epee), dan masa depan meliter (La France et Son Armee), bertolak belakang dengan doktrin yang sedang berlangsung saat itu. Pembangkangannya terhadap meliter mencapai puncaknya ketika ia berpangkat Brigadir Jenderal , yaitu ia menolak kebijakan Jenderal Besar Philippe Petain sebagai panglima angkatan bersenjata Perancis dalam perang dunia pertama, menyerah kepada Jerman. De Gaulle tidak setuju atas kebijakan Jenderal Petain itu, ia malah memilih lari ke Inggris membentuk pemerintahan pengasingan, sehingga pengadilan meliter Perancis menghukum dia dengn hukuman mati, pemecatan dari meliter dalam sebuah sidang absentia pada tahun 1940 (Opini, Tempo 6 Agustus 2000).

 Kisah de Gaulle ini sebuah contoh tentang loyalitas dan integritas yang dimilikinya. Akhirnya, sejarah mencatat Jenderal de Gaulle dinyatakan sebagai pahlawan, karena ia berhasil mengusir penjajah Jerman dari negerinya. Bahkan ia pernah terpilih menjadi presiden Perancis tiga periode  (1958-1968), dan membawa Perancis menjadi negara yang memerdekakan dua belas negara jajahannya. Loyalitas adalah kesetiaan pada prinsip yang dianut. Integritas adalah bersikap jujur, konsisten, komitmen, berani, dan dapat dipercaya. Intgritas muncul dari kesadaran diri terdalam, yang bersumber dari suara hati. Integritas tidak menipu dan tidak berbohong. Integritas berpegang kepada sebuah prinsip, yang bersahabat dengan suara hati, suara Tuhan. Dan integritas hanya mengharapkan sebuah catatan kecil dari seorang malikat yang berada pada bahu kanannya
.
“ Setiap kata yang Ia ucapkan, tentulah disampingnya ada penjaga yang siap (mencatat). Ketika kedua (malaikat) pencatat membuat catatan, satu duduk di kanan, satu di kiri " QS Qaaf ayat 17-18

Memperoleh kepercayaan adalah suatu dorongan dan keinginan setiap orang. Tetapi memperoleh kepercayaan tanpa dilandasi oleh nilai-nilai kebenaran, akan mengakibatkan pula sebuah kegagalan. Ia mungkin berhasil memperoleh kepercayaan dari orang lain dengan cara-cara yang tidak baik, seperti menjilat atasan, menyogok atau menyuap, atau bahkan berpura-pura loyal. Ia memperoleh kepercayaan dari atasan tetapi dibenci oleh bawahan. Ia ingin memperoleh kepercayaan mungkin karena suatu keinginan yang “tersembunyi” (vested interest). Ini nafsu yang harus dikendalikan. Nafsu untuk memperoleh sebuah kepercayaan semu dengan menghalalkan berbagai cara. Banyak, dan bahkan seringkali orang yang berpura-pura loyal, berpura-pura jujur, dan berpura-pura memiliki integritas, berpura-pura memberi, berpura-pura menolong, berpura-pura memiliki kometmen, agar ia memperoleh sebuah kepercayan. Tetapi kepercayaan yang diperoleh dengan cara pura-pura tersebut sering kali tidak bertahan lama, dan acap kali orang lain pun akan memberikan pula sebuah” kepercayaan pura-pura” kepadanya.

Oleh karena itu, kunci yang paling utama adalah ketulusan kepada Allah, bukan kepada manusia. Perolehlah kepercayaan dari Allah, maka nafsu ingin memperoleh kepercayaan palsu itu akan sirna. Ia beribadah hanya kepada Allah, dan sebagai balasannya, ia akan memperoleh kepercayaan yang tulus dari orang lain secara lebih hebat. 

“Ia-lah yang memuji-muji kamu, demikian pula malaikat-malaikat-Nya (mendoakan kamu), supaya Ia dapat mengeluarkan kamu dari gelap kepada yang terang. Ia Maha Penyayang terhadap orang yang beriman”. QS Al Ahzab ayat 43

Wallahu a’lam.[DP: 2]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar