18/04/12

Ridha Dan Qana’ah



      Orang yang beriman, dan yang memiliki ilmu dan amal yang baik, diakui oleh Allah Swt sebagai makhluk yang terbaik. Untuk mereka disediakan balasan dan ganjaran yang seimbang dengan iman dan amal saleh mereka.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, merekalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka disisi Tuhan adalah surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal selama-lamanya di dalamnya, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepaa Allah, yang demikian itu adalah untuk orang yang takut kepada Tuhan-Nya”.
                                QS Ai-Bayyinah ayat 7-8
      Di atas segala macam nikmat, mereka mendapat keridhaan Allah Swt, dan merekapun ridha kepada Allah. Kalau kita ingat kepada Allah, maka Allah pun akan ingat kepada kita. Sebaliknya jika kita lupa kepada Allah, maka Allah pun lupa kepada kita. Benar kata group band Bimbo dalam suatu nyanyinya,
“Aku jauh, Engkau jauh. Aku dekat, Engkau dekat. Hati adalah cerminan tempat pahala dan dosa berpadu. Tuhan, Tuhan Yang Maha Esa, tempatku memuja dengan segala doa”.
      Jika kita dekat kepada Allah dengan bertaqwa, maka Allah akan lebih mendekat kepada kita, dan akan menyertai segala aktivitas kita dalam bentuk hidayah, taufik, ma’unah dan inayah-Nya. Sehingga segala yang kita rencanakan untuk tujuan yang baik akan berjalan dengan mulus dan berhasil mencapai tujuannya. Itu semua akan diberikan oleh Allah Swt untuk orang-orang yang selalu bertaqwa kepada Allah, yaitu orang-orang yang mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Apabila Allah Swt menyuruh manusia berbuat sesuatu, itu tandanya berguna dan berpaedah untuk dikerjakan, dan sebaliknya, manakala Allah Swt telah melarang sesuatu, itu tandanya berbahaya dan akan mendatangkan malapetaka bila dilanggar.Salah satu dari tanda cinta kepada Allah, ialah ridha menerima ketentuan-ketentuan yang ditimpakan oleh Allah Swt atas diri manusia yang benar-benar bertaqwa.Ia tidak berputus asa manakala terjadi musibah atas dirinya. Ia tidak selamanya berduka berlebih-lebihan. Karena ia tahu, sebagai orang yang bertauhid kepada Allah Swt, ia yakin seyakin-yakinnya, bahwa segala sesuatu yang terjadi di permukaan bumi ini, demikian pula yang langsung menimpa dirinya, baik yang mengembirakan ataupun yang menyedihkan, semuanya itu tidak akan terjadi, jika tidak dengan izin Allah Swt.
“Tidaklah menimpa sesuatu musibah melainkan dengan izin Allah, dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan menuntun hatinya, dan Allah itu Maha Mengetahui atas segala sesuatu”.
                            QS At Taghaabun ayat 11
Orang yang benar-benar beriman dan cinta kepada Allah, pasti akan menerima semua ketentuan Allah dengan ridha dan tawakal.
      Di dalam sebuah hadist diriwayatkan, Bahwa Nabi Muhammad Saw menanyakan segolongan sahabatnya,” Apa (siapakah) kamu?”. Para sahabat menjawab,” Kami orang-orang yang beriman”. Nabi bertanya lagi, “Apakah tanda keimanan kamu?”. Para sahabat menjawab,”Kami bersabar menghadapi bala(cobaan) dan kami bersyukur ketika dalam kelapangan, dan kami ridha ketika ditimpa qadha (ketentuan Tuhan). Nabi lalu menegaskan,”Kamu beriman, demi Tuhan Ka’bah”.(HR Thabarani).
Jadi, tanda orang beriman ialah sabar menerima bala (cobaan), syukur menerima nikmat (kelapangan), dan ridha dalam menerima segala ketentuan Allah Swt.
      Sedangkan qana’ah adalah orang yang dapat menerima kenyataan dengan rezki yang terbatas, tetapi ia ridha menerimanya. Karena ia yakin bahwa rezeki yang diterimanya adalah kehendak dan ketentuan Allah, setelah ia berusaha dengan segala daya dan upaya. Ia tidak melihat kepada banyaknya pemberian, tetapi selalu memperhatikan siapakah yang memberi, yaitu Allah Swt. Ia merasa cukup dengan rezeki yang diterimanya itu. Sifat yang demikian itu dalam ilmu Akhlak dinamakan sifat qana’ah. Ia menerima dengan ikhlas walaupun pada kenyataannya kurang dari kebutuhannya, namun diterimanya dengan rasa syukur dan ridha dengan sifat qana’ah itu.
“Berbahagialah orang yang mendapat petunjuk ke dalam Islam, dan rezekinya terbatas dan ia ridha dengan rezeki yang terbatas itu”.
                                Al Hadist, HR Turmudzi
Lawan dari sifat qana’ah ialah loba dan thama’, yaitu sifat yang menyebabkan orang tidak pernah merasa cukup, walaupun rezeki yang diperolehnya telah melebihi kebutuhan-kebutuhannya. Orang yang memiliki sifat thama’ ini, tidak pernah merasa bahagia dalam hidupnya, walaupun ia telah bergelimang harta dan kekayaan  berlimpah. Batinnya tetap merasa miskin, jiwanya gersang dan kerdil .Itulah sebabnya, maka Rasulullah mengingatkan kita bahwa kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa.
“Bukanlah kekayaan itu karena kebanyakan harta, tetapi kekayaan (yang sebenarnya) ialah kekayaan jiwa”.
                                (Muttafaq Allaihi)
Wallahu a’lam.[DP : 3]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar