18/04/12

Sukses Tapi Tidak Bahagia,Mengapa?


    

 Banyak sekali orang yang merasa sudah mencapai cita-cita atau mencapai puncak kesuksesan baik karier ataupun materi, tetapi merasakan sesuatu yang “hampa dan kosong”. Umumnya, mereka baru menyadari bahwa mereka telah menaiki tangga yang salah, justru setelah mencapai puncak tertinggi anak tangga kariernya. Ternyata pada akhirnya, uang harta, kehormatan, dan kedudukan bukanlah sesuatu yang mereka cari selama ini.
“Dan mereka berkata, kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tak ada yang membinasakn kita selain masa, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja”.
                                                                                                  QS Jaatsiyah ayat 23
Orang-orang sukses tersebut, jelas orang yang sangat bermanfaat secara sosial da ekonomi bagi suatu perusahaan, tapi kehilangan makna spiritual dalam dirinya sendiri. Penyakit seperti ini banyak diderita oleh orang-orang modern yang sering dinamakan spiritual patology atau spiritual illness (sakit jiwa). Lihatlah beberapa contoh pristiwa yang belum lama ini terjadi, seperti presiden direktur Hyundai yang meninggal secara mengenaskan, ia mati bunuh diri dengan meloncat dari gedung pencakar langit yang tinggi. Juga seorang top eksekutif Indonesia yang mati bunuh diri dengan terjun bebas dari sebuah apartemen di Jakarta berlantai 56.
“Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya  kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.
                                                                                         QS Thaahaa ayat 124
Apabila diibaratkan dengan tatanan galaksi, maka manusia seperti ini dapat diibaratkan sebagai salah satu benda langit (bisa planet, astroid atau benda angkasa lainnya) yang telah memiliki garis edar, namun ia tidak mengetahui pusat orbit yang dikitarinya. Mereka telah bergerak pada garis edar dengan baik dan benar (in line), tetapi ia tidak tahu benda apakah gerangan yang acapkali dikelilinginya. Mereka frustasi tak tahu apa yang sebenarnya mereka cari.
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat sesuai dengan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya ,dan meletakan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah lagi yang akan memberikan petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”
                                                                                      QS Ajaatsiyah ayat 23
Penjelasan ini bukan berarti bahwa yang benar itu adalah menjadi seseorang “pertapa spiritual” yang hanya duduk diam merenung serta menikmati indahnya spiritualitas. Manusia seperti ini kurang cocok apabila hidup di dunia modern yang penuh tantangan, karena sering kali type manusia seperti ini lari dari tanggung jawab. Sebaliknya, jenis manusia seperti ini dapat dikatagorikan sebagai “bermakna tetapi tidak atau kurang bermanfaat”,Ia Sudah mengetahui pusat orbitnya tetapi tidak mengetahui garis edarnya, artinya sudah memiliki spiritualitas tinggi tapi tidak memiliki kinerja yang baik.
      Yang diharapkan sebenarnya, adalah seorang yang memiliki pusat orbit dan mengerti secara jelas mengapa ia mengorbit dan bergerak pada garis edar. Artinya, ia memiliki pusat orbit yang benar yaitu nilai-nilai spiritual, memahami secara jelas siapa sang pemilik nilai-nilai spiritual tadi, pun aktif bergerak dan berkarya dengan kinerja yang optimal, namun tetap memegang teguh inner values atau nilai-nilai mulia yang dikitarinya. Dia-lah insan Kamil ,yang mendorong atau mengarah ke dalam batin, menempatkan hati sebagai pusat orbit dan amal saleh sebagai garis edar.
       Pusat orbit yang berada ditengah adalah sebuah nilai spiritual dan sumber energi, apabila dikiaskan, ia menjadi energi penggerak bagi seluruh planet-planet yang beredar mengelilinginya. Namun banyak diantara planet dan benda-benda angkasa tersebut tidak mengetahui mengapa ia terus menerus berputar mengelilinginya. Ia hanya berputar sepanjang waktu tanpa mengenal apakah sebenarnya pusat orbitnya itu dan mengapa ia harus melakukan aktivitas tersebut. Ia hanya memiliki keyakinan untuk berkeliling, namun tidak mengetahui apa makna aktivtas yang dilakukannya.
      Kiasan tersebut menggambarkan seorang manusia yang tidak mengetahui tujuan hidupnya secara jelas, mengapa ia harus terus bekerja sepanjang tahun secara terus menerus. Ia pun tidak mengetahui apa pusat orbit yang dikelilinginya sepanjang hidupnya. Ia tidak tahu untuk apa ia hidup? Bahkan ia tidaktahu kemana ia akan pergi nantinya.
“Katakanlah ,sesungguhnya aku diperintahkan Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama”.
                                QS Az-Zumar ayat 11
      Ayat di atas menekankan, bahwa agamalah yang bisa memberikan solusi agar manusia menjadi sadar untuk apa ia bekerja dan apa tujuan hidupnya, sehingga membuat ia menjadi bahagia dalam hidupnya. Karena, menurut T.A Latief Rusdiy, bahwa agama adalah kepercayaan adanya sesuatu kekuatan yang melebihi segala yang ada, dan kekuatan itu adalah asal dan tempat bergantung dari segala yang ada, yaitu Tuhan YME, Yang Maha Suci dan Maha Berkuasa. Tanpa agama, manusia akan kehilangan arah dan terombang-ambing dalam hidupnya. Tanpa agama manusia akan menomor satukan benda dalam segala hal, yang akhirnya menjadi manusia gila harta (materialistis). Ia merasa tanpa harta hidupnya gagal. Harta itu pula yang menyebabkan ia frustrasi dan lalu ia bunuh diri.
      Pilihan yang terbaik, tentu saja jalankanlah agama yang haqq, yaitu agama Islam yang telah diridhai Allah Swt sesuai dngan firman-Nya dalam QS Al-Maidah ayat 3 :
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah aku cukupkan rahmat-Ku atasmu, dan Aku telah ridha Islam jadi agamamu”
Wallahu a’lam.[DP : 5]     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar