18/04/12

Berprinsiplah Kepada Yang Abadi


“Perumpamaan orang yang mengambil selain Allah sebagai pelindung ,adalah seperti laba-laba yang membuat rumah untuk dirinya sendiri .Tetapi sebenarnya rumah laba-laba itu adalah serapuh-rapuhnya rumah jika mereka tahu,”
QS Al-Ankabuut ayat 41
     Beberapa dekade ini kita melihat berbagai prinsip hidup yang menghasilkan berbagai tindakan  manusia yang begitu beragam .Prinsip hidup yang dianut dan diyakini itu telah menciptakan berbagai tipe pemikiran dengan tujuannya masing-masing .Setiap orang terbentuk sesuai dengan prinsip yang dianutnya . Hasilnya bisa dianggap hebat ,mengerikan bahkan menyedihkan dengan bunuh diri. Begitu kata Ary Ginanjar Agustian, dalam tulisanya tentang prinsip hidup. Katanya lebih lanjut:
    Di Jepang ada budaya Harakiri ,tatkala seseoang merasa bersalah atau putus asa ,ia akan memasukan pedang katana dan merobek bagian lambung dan kemudian mati perlahan. Jembatan Golden Gate di San Fransisco adalah tempat bunuh diri yang paling populer di Amerika Serikat yang begitu mengagungkan paham kapitalisme, sementara Uni Soviet runtuh karena menganut paham Komunisme yang anti Tuhan. Paham Peter Drucker dalam bukunya “Management by Objective “ ternyata menghasilkan budak-budak materialis di bidang ekonomi yang menguasai teknologi dan efesiensi, tetapi hatinya kekeringan dan tidak memiliki ketentraman bathin,ada sesuatu yang hilang. Lalu munculah aliran Thaoisme yang mengagungkan ketentraman dan keseimbangan bathin ,tetapi menghasilkan manusia-manusia yang lari dari tanggung jawab ekonomi. Pemikiran Dale  Carnage yang sangat mementingkan arti sebuah pnghargaan ,begitu mempengaruhi jutaan orang di dunia dalam bertingkah laku ,namun masih belum menyentuh sisi terdalam dari inti pemikiran ,dan hasilnya adalah mendewakan penghargan.
Prinsip “Uber Ales” atau ras yang tinggi dan prinsip Bifl its Bifl atau perintah adalah perintah yang selalu dikumandangkan oleh Jenderal besar Nazi dan dipegang teguh oleh tentara Nazi Jerman pada perang Dunia ke 2,memang berhasil membuat Jerman begitu perkasa saat itu,sebagaian Eropa dikuasai dalam waktu relatif singkat. Namun akhirnya ,sejarah membuktikan  dan mencatat Nazi Jerman ambruk dan Hitler bunuh diri.
      Cerita klasik Romeo dan Juliet yang mati bunuh diri bersama, hanya karena cinta ,yang kemudian banyak di tiru oleh remaja di dunia ini. Bangsa Yahudi berkyakinan bahwa merekalah bangsa pilihan Tuhan di muka bumi ini ,sehingga bangsa itu berupaya sungguh-sungguh membuktikannya,berusaha menguasai dunia dengan sekuat-kuatnya , namun hasilnya negara-negara lain merasakan dampak negatifnya.
     Bahkan baru-baru ini mengemuka suatu prinsip baru di era krisis ekonomi ,yakni tidak ada persahabatan yang abadi,yang ada hanya kepentingan abadi. Prinsip ini sungguh-sungguh melawan suara hati manusia,yang sebenarnya sangat memuliakan arti persahabatan ,tolong menolong dan kasih sayang antar sesama umat manusia. Ada lagi prinsip ,”yang penting penampilan”.Prinsip ini telah behasil membelokan pemikiran bangsa ini menjadi bangsa yang konsumtif dan mendewakan penampilan luar,tanpa memperhatikan sisi terdalam manusia ,yaitu hati nurani.
      Generasi muda sekarang begitu bangga akan pakaian dengan merk-merk mahal dan ternama. Dan yang lebih parah lagi ,selalu menilai seseorang dari merk yang dipakainya .Dengan kata lain ,hanya dinilai dari simbol dan statusnya.
      Prinsip-prinsip yang tidak fitrah, umumnya akan berakhir dengan kegagalan, baik kegagalan lahiriah ataupun kegagalan bathiniah . Dunia telah membuktikan bahwa prinsip yang tidak sesuai dengan suara hati ,atau mengabaikan hati nurani,seperti contoh-contoh di atas ,terbukti hanya mengakibatkan kesengsaraan atau bahkan kehancuran. Prinsip-prinsip buatan manusia itu sebenarnya adalah suatu upaya pencarian dan coba-coba manusia untuk menemukan arti hidup yang sebenarnya .Mereka umumnya hanya memandang suatu tujuan dari sebelah sisi saja ,dan tidak menyeluruh ,sehingga akhirnya menciptakan suatu ketidakseimbangan ,meskipun pada akhirnya keseimbangan alam telah terbukti menghempaskan mereka kembali.
Mereka biasanya merasa paling benar ,tanpa menyadari bahwa sisi lain dari lingkungannya yang juga memiliki prinsip yang berbeda dengan dirinya. Hanya berprinsip kepada sesuatu yang “abadi-lah” ang mampu membawa manusia ke arah kebahagiaan yang hakiki. “Berprinsiplah selalu kepada Allah Yang Maha Abadi”.
     Berprinsip kepada suatu yang Abadi adalah jawaban semua permasalahan di atas .Prinsip yang benar tidaklah berubah. Kita mestinya harus dapat memegang prinsip tersebut. Prinsip itu kekal,tidak peduli apapun yang terjadi,tidak akan goyah mskipun kehilangan jabatan, harta, orang yang disayangi, kawan, ataupun penghargaan ,bahkan penyiksaan seperti yang pernah dialami oleh Bilal bin Rabah.
     Setelah Prince Nassem Hamed petinju besar itu ,dikalahkan secara mutlak oleh Antonio Barera, kemudian ia diwawancarai oleh seorang komentator TVKO,”Anda adalah petinju yang terbesar,apa pendapat anda tentang kekalahan ini”?Spontan dijawab oleh Hamed ,”The Greates (yang terbesar) itu hanyalah Allah,bukan saya “.Saya senang bisa menjalani pertarungan ini 12 ronde dengan selamat. Muhammad Ali pun pernah dikalahkan oleh Joe Frazier namun ia bisa bangkit dan membalas kekalahannya.(siaran langsung pertandingan tinju Nassem Hamed vs Antonio Barera SCTV 18 April 2001)).Kisah pertandingan yang tragis ini bisa mengajarkan makna besar dibalik kekalahan Nassem, yaitu kekuatan mental tauhid yang dimilikinya ,jauh lebih berperan dibandingkan kekuatan fisiknya. Rasa aman abadi yang ada didasar hatinya, yaitu “La ilaha illallah”.[DP : 2]
“Yang berkata (dengan hati yang yakin) ,bila bencana menimpa dirinya,Sungguh kita adalah milik Allah ,dan kepada-Nya kita kembali”
Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar